Halo Sobat TeknoBgt! Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang cara menghitung variansi volume dalam suatu perusahaan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mengetahui variansi volume, perusahaan dapat mengetahui seberapa besar fluktuasi volume penjualan atau produksi dalam periode tertentu. Dengan begitu, perusahaan dapat membuat perhitungan yang lebih akurat dan mengambil keputusan yang lebih tepat. Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Pengertian Variansi Volume
Sebelum lebih lanjut membahas cara menghitung variansi volume, ada baiknya Sobat TeknoBgt mengetahui terlebih dahulu pengertian variansi volume itu sendiri. Variansi volume adalah suatu ukuran statistik yang digunakan untuk mengukur fluktuasi volume penjualan atau produksi dalam periode tertentu. Variansi volume menghitung seberapa jauh data sebenarnya dari rata-rata. Semakin besar nilai variansi volume, semakin besar fluktuasi volume yang terjadi.
Variansi volume dapat dinyatakan dalam satuan standar deviasi atau persentase. Dalam perusahaan, variansi volume biasanya digunakan untuk mengukur fluktuasi volume penjualan atau produksi dalam periode bulanan, kuartalan, atau tahunan.
Contoh Perhitungan Variansi Volume
Contoh sederhana perhitungan variansi volume adalah sebagai berikut:
Bulan | Produksi |
---|---|
Januari | 100 |
Februari | 120 |
Maret | 90 |
April | 110 |
Mei | 105 |
Maka, langkah-langkah perhitungan variansi volume adalah sebagai berikut:
- Hitung rata-rata produksi: (100+120+90+110+105)/5 = 105
- Hitung selisih masing-masing data dengan rata-rata: (-5,+15,-15,+5,0)
- Kuadratkan setiap selisih: (25,225,225,25,0)
- Hitung rata-rata dari kuadrat selisih: (25+225+225+25+0)/5 = 100
- Akar pangkat dua dari rata-rata kuadrat selisih: √100 = 10
Dari perhitungan di atas, variansi volume produksi perusahaan dalam periode tersebut adalah 10. Artinya, fluktuasi produksi perusahaan dalam periode tersebut tidak terlalu besar.
Cara Menghitung Variansi Volume
1. Hitung Rata-rata Data
Langkah pertama dalam menghitung variansi volume adalah dengan menghitung rata-rata data terlebih dahulu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rata-rata = jumlah data / jumlah periode
Sebagai contoh, jika perusahaan ingin menghitung variansi volume penjualan dalam periode 6 bulan, maka perlu menghitung rata-rata penjualan dalam 6 bulan tersebut.
Jika data penjualan selama 6 bulan adalah sebagai berikut:
Bulan | Penjualan |
---|---|
Januari | 100 |
Februari | 120 |
Maret | 90 |
April | 110 |
Mei | 105 |
Juni | 115 |
Maka rata-rata penjualan dalam 6 bulan tersebut adalah:
Rata-rata = (100+120+90+110+105+115) / 6 = 105
2. Hitung Selisih Data dengan Rata-rata
Setelah mendapatkan rata-rata data, langkah selanjutnya adalah menghitung selisih masing-masing data dengan rata-rata. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Selisih = data – rata-rata
Dalam contoh di atas, selisih untuk setiap data adalah sebagai berikut:
Bulan | Penjualan | Selisih |
---|---|---|
Januari | 100 | -5 |
Februari | 120 | +15 |
Maret | 90 | -15 |
April | 110 | +5 |
Mei | 105 | 0 |
Juni | 115 | +10 |
3. Kuadratkan Selisih
Setelah mendapatkan selisih setiap data dengan rata-rata, langkah selanjutnya adalah mengkuadratkan selisih tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari nilai negatif pada selisih yang dapat mempengaruhi hasil perhitungan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Selisih Kuadrat = selisih x selisih
Dalam contoh di atas, selisih kuadrat untuk setiap data adalah sebagai berikut:
Bulan | Penjualan | Selisih | Selisih Kuadrat |
---|---|---|---|
Januari | 100 | -5 | 25 |
Februari | 120 | +15 | 225 |
Maret | 90 | -15 | 225 |
April | 110 | +5 | 25 |
Mei | 105 | 0 | 0 |
Juni | 115 | +10 | 100 |
4. Hitung Rata-rata Selisih Kuadrat
Setelah mendapatkan selisih kuadrat untuk setiap data, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata selisih kuadrat tersebut. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rata-rata Selisih Kuadrat = jumlah selisih kuadrat / jumlah periode
Dalam contoh di atas, jumlah selisih kuadrat adalah 25+225+225+25+0+100 = 600. Jadi, rata-rata selisih kuadrat adalah:
Rata-rata Selisih Kuadrat = 600 / 6 = 100
5. Hitung Akar Pangkat Dua dari Rata-rata Selisih Kuadrat
Setelah mendapatkan rata-rata selisih kuadrat, langkah terakhir adalah menghitung akar pangkat dua dari rata-rata selisih kuadrat tersebut. Hasil akhir inilah yang akan menjadi nilai variansi volume. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Akar Pangkat Dua dari Rata-rata Selisih Kuadrat = √rata-rata selisih kuadrat
Dalam contoh di atas, akar pangkat dua dari rata-rata selisih kuadrat adalah:
Akar Pangkat Dua dari Rata-rata Selisih Kuadrat = √100 = 10
Dengan begitu, variansi volume penjualan perusahaan dalam periode 6 bulan tersebut adalah 10. Semakin besar nilai variansi volume, semakin besar fluktuasi volume penjualan atau produksi yang terjadi.
FAQ
1. Mengapa perlu menghitung variansi volume dalam suatu perusahaan?
Perhitungan variansi volume dilakukan untuk mengetahui seberapa besar fluktuasi volume penjualan atau produksi dalam periode tertentu. Dengan begitu, perusahaan dapat membuat perhitungan yang lebih akurat dan mengambil keputusan yang lebih tepat.
2. Kapan sebaiknya perusahaan menghitung variansi volume?
Perusahaan sebaiknya menghitung variansi volume secara berkala, terutama setelah periode penjualan atau produksi selesai. Variansi volume biasanya dihitung dalam periode bulanan, kuartalan, atau tahunan.
3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi nilai variansi volume?
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai variansi volume antara lain fluktuasi permintaan pasar, perubahan harga bahan baku, perubahan kebijakan pemerintah, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi volume penjualan atau produksi dalam periode tertentu.
4. Bagaimana cara menghitung variansi volume dalam Excel?
Untuk menghitung variansi volume dalam Excel, Sobat TeknoBgt dapat menggunakan rumus VAR atau STDEV pada data yang diinginkan.
5. Apa bedanya antara variansi volume dan standar deviasi?
Variansi volume dan standar deviasi adalah dua ukuran statistik yang digunakan untuk mengukur seberapa besar fluktuasi data. Perbedaan utamanya adalah satuan pengukuran. Variansi volume dihitung dalam satuan kuadrat, sedangkan standar deviasi dihitung dalam satuan asli data.
Penutup
Demikian ulasan tentang cara menghitung variansi volume dalam suatu perusahaan. Dengan mengetahui variansi volume, perusahaan dapat membuat perhitungan yang lebih akurat dan mengambil keputusan yang lebih tepat. Jika Sobat TeknoBgt memiliki pertanyaan atau ingin berbagi pengalaman terkait variansi volume dalam perusahaan, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!