TEKNOBGT
Cara Menghitung PPh Tidak Final
Cara Menghitung PPh Tidak Final

Cara Menghitung PPh Tidak Final

Halo Sobat TeknoBgt, pembahasan kita kali ini akan membahas tentang cara menghitung PPh tidak final. PPh tidak final adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak (WP) yang tidak dapat dikurangkan lagi dengan beban-beban lainnya. PPh tidak final ini didasarkan pada undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Apa Itu PPh Tidak Final?

PPh tidak final adalah pajak yang tidak dapat dikurangkan lagi dengan beban-beban lainnya. Pajak ini dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak (WP) yang bersifat tidak final. Cara menghitung PPh tidak final cukup mudah, namun tetap diperlukan pemahaman yang baik mengenai aturan dan ketentuan yang berlaku.

Apa Bedanya PPh Final dengan PPh Tidak Final?

PPh final dan PPh tidak final merupakan jenis pajak yang biasa dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak. PPh final adalah pajak yang bersifat final, artinya tidak dapat dikurangkan lagi dengan beban-beban lainnya. Sementara itu, PPh tidak final adalah pajak yang bersifat tidak final, artinya masih dapat dikurangkan dengan beban-beban lainnya.

Bagaimana Cara Menghitung PPh Tidak Final?

Untuk menghitung PPh tidak final dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Pph Tidak Final=Penghasilan BrutoxTarif PPh Tidak Final

Contoh:

Jika memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 10.000.000 dengan tarif PPh tidak final sebesar 5%, maka:

Pph Tidak Final=Rp 10.000.000x5%=Rp 500.000

Apa Saja Jenis PPh Tidak Final?

Terdapat beberapa jenis PPh tidak final yang biasa dikenakan pada Wajib Pajak. Berikut adalah beberapa jenis PPh tidak final:

  • PPh Pasal 21
  • PPh Pasal 23
  • PPh Pasal 25
  • PPh Pasal 26
  • PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 21

Apa Itu PPh Pasal 21?

PPh Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh karyawan atau pegawai tetap atau tidak tetap dari perusahaan.

Berapa Tarif PPh Pasal 21?

Tarif PPh Pasal 21 tergantung pada besar penghasilan dan golongan tarif yang berlaku. Berikut adalah golongan tarif PPh Pasal 21:

GolonganPenghasilan Bruto per TahunTarif PPh
1Sampai dengan Rp 54.000.0005%
2Di atas Rp 54.000.000 sampai dengan Rp 108.000.00015%
3Di atas Rp 108.000.000 sampai dengan Rp 540.000.00025%
4Di atas Rp 540.000.00030%

Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 21?

Untuk menghitung PPh Pasal 21, dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Pph Pasal 21=Pph FinalPph Tidak Final

Contoh:

Jika memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 10.000.000, dengan tarif PPh Pasal 21 sebesar 5%, dan biaya jabatan sebesar 5%, maka:

Pph Final:

Pph Final=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 21Biaya Jabatan=Rp 10.000.000x5%Rp 500.000=Rp 450.000

Pph Tidak Final:

Pph Tidak Final=Penghasilan BrutoxTarif PPh Tidak Final=Rp 10.000.000x5%=Rp 500.000

Pph Pasal 21:

Pph Pasal 21=Pph FinalPph Tidak Final=Rp 450.000Rp 500.000=-Rp 50.000

Apakah PPh Pasal 21 Bersifat Final atau Tidak Final?

PPh Pasal 21 bersifat tidak final. Hal ini disebabkan karena PPh Pasal 21 masih dapat dikurangkan dengan beban-beban lainnya seperti biaya jabatan dan PTKP.

Apa Saja Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21?

Jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 antara lain:

  • Gaji dan tunjangan tetap atau tidak tetap dari perusahaan
  • Pembayaran honorarium atau imbalan yang diterima oleh tenaga pengajar atau dosen
  • Penghasilan dari pekerjaan bebas atau profesional

PPh Pasal 23

Apa Itu PPh Pasal 23?

PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh WP dalam bentuk bunga, diskon, hadiah, atau imbalan lainnya. Pajak ini dipotong oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai pemungut.

Berapa Tarif PPh Pasal 23?

Tarif PPh Pasal 23 tergantung pada jenis penghasilan dan golongan tarif yang berlaku. Berikut adalah golongan tarif PPh Pasal 23:

GolonganPenghasilan Bruto per TahunTarif PPh
1Tidak ada15%
2Di atas Rp 4.800.000.00030%

Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 23?

Untuk menghitung PPh Pasal 23, dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Pph Pasal 23=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 23

Contoh:

Jika memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 120.000.000 dengan tarif PPh Pasal 23 sebesar 15%, maka:

Pph Pasal 23=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 23=Rp 120.000.000x15%=Rp 18.000.000

Apakah PPh Pasal 23 Bersifat Final atau Tidak Final?

PPh Pasal 23 bersifat tidak final karena masih dapat dikurangkan dengan beban-beban lainnya.

Apa Saja Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23?

Jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 antara lain:

  • Bunga deposito
  • Diskon
  • Hadiah undian
  • Pembayaran royalti

PPh Pasal 25

Apa Itu PPh Pasal 25?

PPh Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh WP dalam bentuk sewa, kontraktor, atau jasa lainnya. Pajak ini wajib dipotong oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai pemungut.

Berapa Tarif PPh Pasal 25?

Tarif PPh Pasal 25 tergantung pada jenis penghasilan dan golongan tarif yang berlaku. Berikut adalah golongan tarif PPh Pasal 25:

GolonganPenghasilan Bruto per TahunTarif PPh
1Tidak ada2%
2Di atas Rp 4.800.000.0004%

Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 25?

Untuk menghitung PPh Pasal 25, dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Pph Pasal 25=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 25

Contoh:

Jika memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 25.000.000 dengan tarif PPh Pasal 25 sebesar 2%, maka:

Pph Pasal 25=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 25=Rp 25.000.000x2%=Rp 500.000

Apakah PPh Pasal 25 Bersifat Final atau Tidak Final?

PPh Pasal 25 bersifat tidak final karena masih dapat dikurangkan dengan beban-beban lainnya.

Apa Saja Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 25?

Jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 25 antara lain:

  • Uang sewa atau kontrak
  • Pembayaran atas jasa lainnya
  • Pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan

PPh Pasal 26

Apa Itu PPh Pasal 26?

PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh WP dalam bentuk royalti, hadiah undian, atau jasa lainnya yang bukan sewa atau kontraktor. Pajak ini wajib dipotong oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai pemungut.

Berapa Tarif PPh Pasal 26?

Tarif PPh Pasal 26 tergantung pada jenis penghasilan dan golongan tarif yang berlaku. Berikut adalah golongan tarif PPh Pasal 26:

GolonganPenghasilan Bruto per TahunTarif PPh
1Tidak ada20%

Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 26?

Untuk menghitung PPh Pasal 26, dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Pph Pasal 26=Penghasilan BrutoxTarif PPh Pasal 26

Contoh:

Jika memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 50.000.000 dengan tarif PPh Pasal 26 sebesar

Cara Menghitung PPh Tidak Final