TEKNOBGT
Cara Menghitung Amortisasi Aset Tak Berwujud
Cara Menghitung Amortisasi Aset Tak Berwujud

Cara Menghitung Amortisasi Aset Tak Berwujud

Halo Sobat TeknoBgt! Kali ini kita akan membahas tentang cara menghitung amortisasi aset tak berwujud. Amortisasi adalah proses penghitungan besarnya nilai aset yang berkurang setiap periode akuntansi karena penggunaan atau usang. Aset tak berwujud adalah aset yang tidak berwujud fisik, seperti hak paten, merek dagang, dan lisensi. Nah, kita akan mempelajari bagaimana cara menghitung amortisasi aset tak berwujud ini.

Pengertian Amortisasi Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud memiliki umur manfaat yang terbatas. Oleh karena itu, aset tak berwujud perlu dihitung nilai penurunannya setiap periode akuntansi. Proses penghitungan nilai penurunan tersebut disebut dengan amortisasi.

Amortisasi aset tak berwujud dapat dihitung dengan dua metode, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Penjelasan tentang kedua metode tersebut akan dibahas pada subjudul berikutnya.

Metode Garis Lurus

Metode garis lurus adalah metode penghitungan amortisasi aset tak berwujud yang paling sederhana. Dalam metode ini, nilai aset tak berwujud dikurangi dengan nilai residu (nilai sisa) dan dibagi dengan umur manfaat.

Contoh perhitungan amortisasi aset tak berwujud menggunakan metode garis lurus:

Nilai Aset Tak BerwujudNilai ResiduUmur ManfaatAmortisasi
Rp 100.000.000Rp 10.000.00010 tahunRp 9.000.000
Rp 100.000.000Rp 20.000.0005 tahunRp 16.000.000

Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa nilai aset tak berwujud sebesar Rp 100.000.000 dikurangi dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000 dan dibagi dengan umur manfaat sebesar 10 tahun, sehingga didapatkan nilai amortisasi sebesar Rp 9.000.000 per tahun.

Perhitungan amortisasi aset tak berwujud menggunakan metode garis lurus sangat sederhana dan mudah dipahami. Namun, metode ini tidak mempertimbangkan faktor seperti peningkatan nilai aset dan faktor inflasi.

FAQ Metode Garis Lurus

Berikut adalah beberapa pertanyaan seputar metode garis lurus:

  1. Apa itu nilai residu?

    Nilai residu adalah nilai aset pada akhir umur manfaatnya.

  2. Apa yang terjadi jika nilai residu lebih besar dari nilai aset?

    Jika nilai residu lebih besar dari nilai aset, maka aset tersebut memiliki nilai sisa pada akhir umur manfaatnya.

  3. Apakah metode garis lurus mempertimbangkan nilai inflasi?

    Tidak, metode garis lurus hanya mempertimbangkan nilai aset dan umur manfaatnya.

Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun adalah metode penghitungan amortisasi aset tak berwujud yang mempertimbangkan nilai residu dan faktor inflasi. Dalam metode ini, nilai aset dikurangi dengan nilai residu, kemudian dikalikan dengan tingkat amortisasi yang berubah setiap periode akuntansi.

Contoh perhitungan amortisasi aset tak berwujud menggunakan metode saldo menurun:

Nilai Aset Tak BerwujudNilai ResiduUmur ManfaatTingkat AmortisasiAmortisasi
Rp 100.000.000Rp 10.000.00010 tahun20%Rp 18.000.000
Rp 100.000.000Rp 20.000.0005 tahun30%Rp 24.500.000

Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa nilai aset tak berwujud sebesar Rp 100.000.000 dikurangi dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000, kemudian dikalikan dengan tingkat amortisasi sebesar 20%, sehingga didapatkan nilai amortisasi sebesar Rp 18.000.000 per tahun. Pada tahun berikutnya, tingkat amortisasi berubah menjadi 18% (100% – 20%), sehingga nilai amortisasi juga berubah.

Perhitungan amortisasi aset tak berwujud menggunakan metode saldo menurun mempertimbangkan faktor yang tidak dipertimbangkan oleh metode garis lurus, seperti nilai residu dan inflasi. Namun, metode ini lebih kompleks dan sulit dipahami.

FAQ Metode Saldo Menurun

Berikut adalah beberapa pertanyaan seputar metode saldo menurun:

  1. Apa yang dimaksud dengan tingkat amortisasi?

    Tingkat amortisasi adalah persentase nilai aset yang dihitung sebagai amortisasi setiap periode akuntansi.

  2. Apakah metode saldo menurun lebih akurat daripada metode garis lurus?

    Tergantung pada situasi dan kondisi aset yang akan dihitung amortisasinya. Metode saldo menurun lebih akurat karena mempertimbangkan faktor lain selain nilai aset dan umur manfaatnya.

  3. Apakah tingkat amortisasi selalu menurun setiap tahun?

    Tidak selalu. Tingkat amortisasi dapat ditentukan secara bebas, tergantung pada kebijakan perusahaan.

Kesimpulan

Amortisasi aset tak berwujud perlu dilakukan setiap periode akuntansi untuk menghitung besarnya nilai penurunan aset tersebut. Amortisasi dapat dihitung menggunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun, tergantung pada kebijakan perusahaan dan kondisi aset yang akan dihitung.

Dalam metode garis lurus, nilai aset dikurangi dengan nilai residu dan dibagi dengan umur manfaat. Dalam metode saldo menurun, nilai aset dikurangi dengan nilai residu, kemudian dikalikan dengan tingkat amortisasi yang berubah setiap periode akuntansi.

Perhitungan amortisasi aset tak berwujud perlu dilakukan dengan cermat dan teliti untuk menghindari kesalahan dan penyelewengan dalam laporan keuangan perusahaan.

Semoga Bermanfaat dan Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya

Cara Menghitung Amortisasi Aset Tak Berwujud