Hello Sobat TeknoBgt, jika kamu sedang memulai sebuah bisnis, salah satu hal yang perlu kamu perhatikan adalah Analisis BEP (Break Even Point). Analisis BEP merupakan cara untuk mengetahui seberapa banyak produk atau jasa yang harus kamu jual agar bisa menutupi biaya produksi dan mendapatkan keuntungan. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap cara menghitung analisis BEP untuk membantu bisnis kamu mendapatkan kesuksesan.
1. Pengertian Analisis BEP
Analisis BEP merupakan alat yang digunakan perusahaan untuk mengetahui titik impas atau Break Even Point. Titik impas adalah saat pendapatan dan biaya seimbang, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Setelah titik impas terlewati, perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Pada dasarnya, analisis BEP menghitung jumlah produk atau jasa yang harus dijual untuk mencapai titik impas. Jika perusahaan mampu menjual produk atau jasa sebanyak itu, maka ia harus berusaha meningkatkan penjualan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan.
2. Langkah-langkah Cara Menghitung Analisis BEP
2.1. Perhitungan Variable Cost
Langkah pertama menghitung analisis BEP adalah dengan menentukan variable cost atau biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dipicu oleh perubahan volume produksi atau volume penjualan. Contoh biaya variabel adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, transportasi, dan sebagainya.
Perhitungan biaya variabel per unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
biaya variabel per unit = total biaya variabel / volume produksi
Contoh:
Biaya Variabel | Jumlah |
---|---|
Bahan Baku | Rp. 5.000.000 |
Tenaga Kerja Langsung | Rp. 2.000.000 |
Transportasi | Rp. 1.000.000 |
Total Biaya Variabel | Rp. 8.000.000 |
Volume produksi dalam contoh ini adalah 1.000 unit
biaya variabel per unit = Rp. 8.000.000 / 1.000 = Rp. 8.000
Jadi, biaya variabel per unit adalah Rp. 8.000
2.2. Perhitungan Fixed Cost
Selain biaya variabel, kita juga perlu menentukan biaya tetap atau fixed cost. Biaya tetap adalah biaya yang tetap atau tidak berubah walaupun volume produksi atau penjualan berubah. Contoh biaya tetap adalah sewa gedung, gaji pegawai tetap, dan lain-lain.
Perhitungan biaya tetap dapat dilakukan dengan menghitung total biaya tetap dalam satu periode atau rentang waktu tertentu, seperti satu tahun.
Jika kita memiliki total biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000 per tahun, maka biaya tetap per bulannya adalah:
biaya tetap per bulan = total biaya tetap / 12 bulan
biaya tetap per bulan = Rp. 10.000.000 / 12 = Rp. 833.333
Jadi, biaya tetap per bulan adalah Rp. 833.333
2.3. Perhitungan Harga Jual
Setelah mengetahui biaya variabel dan biaya tetap, langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual. Harga jual adalah harga yang ditetapkan untuk satu unit produk atau jasa. Harga jual ini harus ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti harga produk pesaing, biaya produksi, target pasar, dan lain-lain.
Jika kita menetapkan harga jual sebesar Rp. 15.000 per unit, maka kita dapat menghitung kontribusi margin dengan rumus:
kontribusi margin = harga jual – biaya variabel per unit
kontribusi margin = Rp. 15.000 – Rp. 8.000 = Rp. 7.000
Jadi, kontribusi margin per unit adalah Rp. 7.000
2.4. Perhitungan Break Even Point
Setelah mengetahui kontribusi margin, kita dapat menghitung Break Even Point.
Break Even Point dapat dihitung dengan rumus:
BEP = biaya tetap / kontribusi margin
Jika kita menghitung BEP dengan contoh di atas, maka:
BEP = Rp. 833.333 / Rp. 7.000 = 119 unit
Jadi, untuk mencapai Break Even Point, kita harus menjual minimal 119 unit dalam satu bulan. Jika kita berhasil menjual lebih dari 119 unit, maka kita akan memperoleh keuntungan.
3. FAQ
3.1. Berapa lama analisis BEP harus diupdate?
Analisis BEP sebaiknya diupdate minimal setahun sekali atau ketika ada perubahan signifikan dalam biaya variabel atau biaya tetap.
3.2. Apa yang harus dilakukan jika BEP belum tercapai?
Jika BEP belum tercapai, maka perusahaan harus mencari cara untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya produksi. Contohnya dengan melakukan promosi, mengurangi biaya overhead, meningkatkan efisiensi produksi, dan lain-lain.
3.3. Apakah BEP bisa digunakan untuk semua jenis bisnis?
Prinsip analisis BEP dapat digunakan untuk semua jenis bisnis, baik itu bisnis jasa maupun bisnis produk. Namun, cara penghitungannya mungkin berbeda-beda tergantung pada jenis bisnis yang dijalankan.
3.4. Apa yang harus dilakukan jika BEP sudah tercapai?
Jika BEP sudah tercapai, maka perusahaan harus mencari cara untuk meningkatkan profit margin. Contohnya dengan menaikkan harga jual, mengurangi biaya produksi, atau menambah volume produksi.
4. Kesimpulan
Analisis BEP merupakan alat yang penting untuk mengetahui titik impas atau Break Even Point dalam sebuah bisnis. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat menghitung jumlah produk atau jasa yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau menghasilkan keuntungan. Semoga artikel ini dapat membantu Sobat TeknoBgt dalam menghitung analisis BEP untuk keberhasilan bisnis Anda.
Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.