Halo Sobat TeknoBgt! Apa kabar? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang cara menghitung persediaan akhir metode FIFO. Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan dalam mengelola persediaan barang. Tentunya, dengan menguasai cara menghitung persediaan akhir metode FIFO, kita dapat memaksimalkan profit perusahaan.
Apa itu Persediaan Akhir?
Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai metode FIFO, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu persediaan akhir. Persediaan akhir adalah jumlah barang yang tersisa di gudang atau toko pada akhir periode tertentu, seperti bulan atau tahun. Angka ini sangat penting untuk mengetahui keadaan persediaan barang dan mengatur strategi pemasaran untuk periode selanjutnya.
Persediaan akhir dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah metode FIFO.
Apa Itu Metode FIFO?
FIFO adalah kependekan dari First In, First Out. Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang masuk pertama kali ke gudang akan keluar terlebih dahulu dari gudang. Dalam kata lain, barang yang masuk terakhir akan tetap berada di gudang sampai barang yang masuk sebelumnya terjual. Metode ini sangat cocok digunakan oleh perusahaan yang menjual produk-produk dengan tanggal expired.
Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode FIFO
Nah, setelah kita mengetahui apa itu persediaan akhir dan metode FIFO, saatnya kita mempelajari cara menghitung persediaan akhir menggunakan metode FIFO. Berikut adalah langkah-langkahnya:
Langkah 1: Tentukan Jumlah Barang yang Dibeli
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jumlah barang yang dibeli dalam periode tersebut. Misalnya, perusahaan membeli 1000 unit produk A dalam bulan Januari.
Langkah 2: Tentukan Harga Pokok Barang
Selanjutnya, tentukan harga pokok barang atau cost of goods sold (COGS) untuk setiap barang yang dibeli. COGS adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang atau produksi barang tersebut. Misalnya, harga pokok per unit produk A adalah Rp 10.000,-.
Langkah 3: Hitung Total Harga Pokok Barang
Selanjutnya, hitung total harga pokok barang dengan menggunakan rumus:
Total Harga Pokok Barang = Jumlah Barang yang Dibeli x Harga Pokok Barang
Dalam contoh ini, total harga pokok barang adalah Rp 10.000.000,- (1000 unit x Rp 10.000,-).
Langkah 4: Hitung Jumlah Barang yang Terjual
Setelah mengetahui jumlah barang yang dibeli dan total harga pokok barang, selanjutnya kita harus menghitung jumlah barang yang terjual dalam periode tersebut. Misalnya, perusahaan menjual 800 unit produk A dalam bulan Januari.
Langkah 5: Tentukan Harga Pokok Persediaan
Selanjutnya, tentukan harga pokok persediaan yang masih tersisa di gudang. Harga pokok persediaan adalah harga yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli barang yang masih tersimpan di gudang.
Langkah 6: Hitung Harga Pokok Barang yang Terjual
Setelah mengetahui harga pokok persediaan, selanjutnya hitung harga pokok barang yang terjual dengan menggunakan rumus:
Harga Pokok Barang yang Terjual = Jumlah Barang yang Terjual x Harga Pokok Barang
Dalam contoh ini, harga pokok barang yang terjual adalah Rp 8.000.000,- (800 unit x Rp 10.000,-).
Langkah 7: Hitung Persediaan Barang yang Tersisa
Setelah mengetahui harga pokok persediaan dan harga pokok barang yang terjual, selanjutnya hitung persediaan barang yang tersisa di gudang dengan menggunakan rumus:
Persediaan Barang yang Tersisa = Total Harga Pokok Barang – Harga Pokok Barang yang Terjual
Dalam contoh ini, persediaan barang yang tersisa adalah Rp 2.000.000,- (Rp 10.000.000,- – Rp 8.000.000,-).
FAQ
1. Apa Beda FIFO dengan LIFO?
FIFO dan LIFO adalah metode yang digunakan dalam menghitung persediaan barang. FIFO mengasumsikan bahwa barang yang masuk pertama kali akan keluar terlebih dahulu, sedangkan LIFO mengasumsikan bahwa barang yang masuk terakhir akan keluar terlebih dahulu. FIFO cocok digunakan untuk perusahaan yang menjual produk-produk dengan tanggal expired, sedangkan LIFO cocok digunakan untuk perusahaan yang menjual produk-produk yang tahan lama.
2. Apa Saja Keuntungan Menggunakan Metode FIFO?
Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan metode FIFO, di antaranya:
- Meminimalisir kerugian akibat expired barang
- Menghemat biaya pembelian barang
- Meningkatkan efisiensi produksi
3. Apa Saja Kerugian Menggunakan Metode FIFO?
Beberapa kerugian dalam menggunakan metode FIFO, di antaranya:
- Tidak cocok digunakan untuk perusahaan yang menjual produk-produk yang tahan lama
- Mengalami fluktuasi harga yang tinggi
- Tidak menghasilkan laporan keuangan yang akurat jika barang yang tersisa sudah expired
Penutup
Demikianlah cara menghitung persediaan akhir metode FIFO. Dengan menguasai cara ini, kita dapat mengoptimalkan pengelolaan persediaan barang dan memaksimalkan profit perusahaan. Semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!