TEKNOBGT

Cara Menghitung Status Gizi Balita

Halo Sobat TeknoBgt! Siapa yang tak ingin melihat kebahagiaan sang buah hati, terutama dalam hal tumbuh kembang yang sehat dan optimal. Namun, sebagai orang tua, seringkali kita mengalami kesulitan dalam menentukan apakah si kecil mengalami masalah gizi atau tidak. Nah, dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang cara menghitung status gizi balita dengan mudah dan akurat.

Pengertian Status Gizi Balita

Sebelum membahas lebih jauh tentang cara menghitung status gizi balita, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu status gizi. Status gizi adalah kondisi tubuh manusia yang terkait dengan keseimbangan antara kebutuhan gizi dengan asupan gizi yang diterima oleh tubuh.

Sedangkan balita adalah anak yang berusia antara 0-59 bulan atau dalam rentang usia 0-5 tahun. Maka, status gizi balita adalah kondisi tubuh anak usia 0-5 tahun yang terkait dengan keseimbangan antara kebutuhan gizi dengan asupan gizi yang diterima oleh tubuh.

Kriteria Status Gizi Balita

Ada beberapa kriteria status gizi balita yang digunakan dalam mengukur kesehatan dan kelayakan nutrisi anak. Berikut adalah kriteria status gizi balita:

Status GiziIMT/UZ-Score BB/UZ-Score TB/U
Gizi Buruk< 2 SD< -3 SD< -3 SD
Gizi Kurang< 2 SD< -3 SD-2 SD sampai < -3 SD
Gizi Baik2 SD – 3 SD-3 SD sampai 2 SD-2 SD sampai 2 SD
Gizi Lebih> 3 SD> 2 SD> 2 SD
Obesitas> 3 SD< -2 SD> 2 SD

Cara Menghitung Status Gizi Balita

1. Pengukuran Berat Badan

Langkah pertama dalam menghitung status gizi balita adalah dengan mengukur berat badan. Lakukan pengukuran dengan mengalihkan balita ke timbangan yang dikalibrasi terlebih dahulu.

Setelah itu, catat berat badan balita dalam kilogram dengan tepat. Jangan lupa untuk mengongkoskan baju atau popok yang dipakai agar hasil pengukuran lebih akurat.

Untuk pengukuran berat badan balita, idealnya dilakukan setiap bulan atau minimal setiap 3 bulan. Hal ini untuk memonitor perkembangan berat badan balita secara teratur.

2. Pengukuran Tinggi Badan

Setelah mengukur berat badan, langkah selanjutnya adalah mengukur tinggi badan balita. Gunakan pengukur tinggi badan yang sudah dikalibrasi.

Pada balita berusia di bawah 2 tahun, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi berbaring. Sedangkan pada balita di atas 2 tahun, bisa dilakukan dengan posisi berdiri.

Sama seperti pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan juga dilakukan minimal setiap 3 bulan atau secara teratur untuk memantau perkembangan tinggi badan balita.

3. Perhitungan IMT/U

IMT/U atau Index Massa Tubuh untuk Usia adalah perhitungan proporsi berat badan dan tinggi badan balita. Langkah-langkah perhitungan IMT/U adalah sebagai berikut:

  • Bagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter.
  • Hasil perhitungan tersebut merupakan Index Massa Tubuh (IMT) balita.
  • Setelah itu, bandingkan hasil IMT dengan tabel pertumbuhan WHO untuk menentukan status gizi balita.

4. Perhitungan Z-Score BB/U

Z-Score BB/U atau Standard Deviation Score adalah perhitungan yang dibandingkan dengan standar hasil yang diperoleh dari sejumlah anak populasinya yang seimbas dengan balita yang diukur.

Langkah-langkah perhitungan Z-Score BB/U adalah sebagai berikut:

  • Cari nilai BB/U dari tabel pertumbuhan WHO berdasarkan jenis kelamin, umur, dan berat badan balita.
  • Hitung rata-rata dan standar deviasi dari data BB/U yang diperoleh.
  • Lakukan perhitungan Z-Score BB/U dengan rumus sebagai berikut: Z-Score = (BB/U balita – rata-rata BB/U) / standar deviasi.
  • Hasil perhitungan Z-Score BB/U akan menunjukkan status gizi balita. Jika Z-Score < -2 SD maka status gizi balita termasuk dalam kategori gizi buruk atau gizi kurang.

5. Perhitungan Z-Score TB/U

Z-Score TB/U atau Standard Deviation Score Tinggi Badan untuk Usia adalah perhitungan yang dibandingkan dengan standar hasil yang diperoleh dari sejumlah anak populasinya yang seimbas dengan balita yang diukur.

Langkah-langkah perhitungan Z-Score TB/U adalah sebagai berikut:

  • Cari nilai TB/U dari tabel pertumbuhan WHO berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tinggi badan balita.
  • Hitung rata-rata dan standar deviasi dari data TB/U yang diperoleh.
  • Lakukan perhitungan Z-Score TB/U dengan rumus sebagai berikut: Z-Score = (TB/U balita – rata-rata TB/U) / standar deviasi.
  • Hasil perhitungan Z-Score TB/U akan menunjukkan status gizi balita. Jika Z-Score < -2 SD maka status gizi balita termasuk dalam kategori gizi buruk atau gizi kurang.

Tips Mencegah Balita Mengalami Masalah Gizi

Selain mengetahui cara menghitung status gizi balita, kita juga perlu mencegah agar si kecil tidak mengalami masalah gizi. Berikut adalah beberapa tips mencegah balita mengalami masalah gizi:

  • Beri makanan yang bergizi dan seimbang dari berbagai sumber, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan susu.
  • Perhatikan pola makan yang teratur dan cukup. Jangan memaksa anak untuk makan atau membatasi porsi makanan secara berlebihan.
  • Perhatikan kebersihan makanan dan minuman yang diberikan.
  • Beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Setelah itu, bisa diberikan makanan pendamping ASI yang sesuai dengan usia dan kebutuhan gizi balita.
  • Berikan stimulasi dan perhatian yang cukup terhadap tumbuh kembang anak. Lakukan aktivitas fisik atau olahraga yang sehat dan aman untuk balita.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa saja kriteria status gizi balita?

Kriteria status gizi balita meliputi: Gizi Buruk, Gizi Kurang, Gizi Baik, Gizi Lebih, dan Obesitas.

2. Bagaimana cara menghitung status gizi balita?

Cara menghitung status gizi balita meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, perhitungan IMT/U, perhitungan Z-Score BB/U, dan perhitungan Z-Score TB/U.

3. Kapan sebaiknya melakukan pengukuran status gizi balita?

Pengukuran status gizi balita sebaiknya dilakukan minimal setiap 3 bulan atau secara teratur untuk memantau perkembangan berat badan dan tinggi badan balita.

4. Apa saja tips mencegah balita mengalami masalah gizi?

Tips mencegah balita mengalami masalah gizi meliputi pemberian makanan yang bergizi dan seimbang, pola makan yang teratur dan cukup, kebersihan makanan dan minuman, pemberian ASI eksklusif, stimulasi dan perhatian terhadap tumbuh kembang anak, serta aktivitas fisik atau olahraga yang sehat dan aman untuk balita.

5. Apa dampak buruk jika balita mengalami masalah gizi?

Jika balita mengalami masalah gizi, dampak buruknya bisa berupa penurunan daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, gangguan kognitif, serta meningkatkan risiko terkena penyakit kronis di kemudian hari.

Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.

Cara Menghitung Status Gizi Balita