Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan istilah huruf pegon. Huruf pegon merupakan salah satu jenis aksara yang digunakan oleh masyarakat Jawa sejak abad ke-15 sebagai bentuk penulisan aksara Jawa dalam huruf Arab. Seiring dengan perkembangan zaman, huruf pegon kini semakin jarang digunakan. Namun, bagi beberapa masyarakat Jawa yang masih melestarikan adat dan budaya, huruf pegon masih digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Sejarah Huruf Pegon
Sejarah huruf pegon bermula pada abad ke-15 saat Kerajaan Demak mulai berdiri di Jawa. Pada masa itu, aksara Jawa telah menjadi aksara yang umum digunakan dalam penulisan naskah-naskah keagamaan dan sastra. Namun, karena pengaruh Islam yang semakin kuat pada masa itu, masyarakat Jawa mulai menggunakan huruf Arab sebagai bentuk penulisan aksara Jawa.
Huruf pegon sendiri berasal dari kata “pego” yang artinya berpegang atau berpatokan pada, dan “nipeg” yang artinya huruf. Huruf pegon merupakan huruf Arab yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam penulisan aksara Jawa.
Cara Membaca Huruf Pegon
Membaca huruf pegon sebenarnya tidak terlalu sulit. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat membaca huruf pegon dengan benar. Pertama, perhatikan letak titik-titik di atas huruf. Titik-titik tersebut menandakan bunyi vokal dalam bunyi konsonan tersebut.
Contohnya, huruf “ba” dalam huruf pegon ditulis dengan tiga titik di atasnya, yang menandakan bunyi “a”. Sedangkan huruf “ja” ditulis dengan satu titik di atasnya, yang menandakan bunyi “i”.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan huruf kapital. Biasanya, huruf kapital digunakan pada awal kata atau pada kata yang dianggap penting dalam suatu tulisan. Namun, dalam huruf pegon, huruf kapital digunakan sebagai tanda baca dalam bentuk titik atau koma.
Contoh Penggunaan Huruf Pegon
Berikut ini adalah contoh penggunaan huruf pegon dalam kalimat:
“Wadon kasebut reh aja mangan mateng. Sing paling kuat kanggo nyawang wadon iku ya kanggo nglirik siji kembang. Yen bener-bener badhe kena dugi, ya wadon sing diadegi kembang siji iku bakal leres lan mangan mateng.”
Kalimat di atas merupakan contoh penggunaan huruf pegon dalam bahasa Jawa. Dalam kalimat tersebut, ada beberapa huruf pegon yang digunakan, seperti huruf “reh” yang artinya tidak, dan huruf “ya” yang artinya benar.
Keunikan Huruf Pegon
Huruf pegon memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan aksara Jawa atau aksara Arab. Salah satu keunikan huruf pegon adalah penggunaan huruf kapital sebagai tanda baca. Selain itu, huruf pegon juga memiliki beberapa simbol yang tidak ada pada aksara Arab, seperti simbol “ng” dan “ny”.
Keunikan lainnya adalah penggunaan huruf-angka dalam penulisan angka dalam huruf pegon. Misalnya, angka “1” ditulis dengan huruf “siji”, angka “2” ditulis dengan huruf “loro”, dan seterusnya.
Penyebaran Huruf Pegon di Indonesia
Saat ini, penggunaan huruf pegon semakin jarang dijumpai di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan adat dan budaya. Namun, masih ada beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih menggunakan huruf pegon dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa daerah yang masih menggunakan huruf pegon antara lain adalah Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Tulungagung. Di daerah-daerah tersebut, huruf pegon masih digunakan dalam penulisan naskah-naskah keagamaan, sastra, dan dalam upacara adat.
Kesimpulan
Huruf pegon merupakan salah satu jenis aksara yang digunakan oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk penulisan aksara Jawa dalam huruf Arab. Membaca huruf pegon sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan perhatikan letak titik-titik di atas huruf. Huruf pegon memiliki keunikan tersendiri, seperti penggunaan huruf kapital sebagai tanda baca dan penggunaan huruf-angka dalam penulisan angka. Meskipun penggunaannya semakin jarang, huruf pegon masih melekat pada beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih melestarikan adat dan budaya.
Artikel Huruf Pegon dan Cara Membacanya
© Copyright 2023 TEKNOBGT.COM