Hello Sobat TeknoBgt, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang cara menghitung persediaan awal dan akhir. Persediaan atau inventory merupakan bagian penting dari sebuah bisnis yang berhubungan dengan stok barang yang dimiliki. Menghitung persediaan awal dan akhir merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mengontrol dan mengatur persediaan agar dapat menjaga ketersediaan barang untuk pelanggan dan menghindari kelebihan stok yang berujung pada kerugian. Berikut ini adalah cara-cara menghitung persediaan awal dan akhir.
Definisi Persediaan
Sebelum membahas cara menghitung persediaan awal dan akhir, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu persediaan. Persediaan dapat diartikan sebagai kumpulan barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau individu sebagai bahan baku, barang jadi, atau bahan dalam proses produksi atau perdagangan.
1. Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi adalah jenis persediaan yang terdiri dari barang-barang yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual kepada pelanggan.
2. Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku adalah jenis persediaan yang terdiri dari bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Bahan baku ini nantinya akan diolah menjadi barang jadi.
3. Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses adalah jenis persediaan yang terdiri dari barang-barang yang sedang dalam proses produksi dan belum selesai diproduksi.
Persediaan Awal
Persediaan awal atau opening stock adalah jumlah persediaan saat awal periode tertentu. Periode tersebut dapat berupa bulan, triwulan, atau tahun. Persediaan awal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Barang Jadi | Bahan Baku | Barang Dalam Proses | |
---|---|---|---|
Jumlah Stok Awal | 500 | 2000 | 1000 |
Satuan | Buah | Kg | Buah |
Pada contoh tabel di atas, persediaan awal barang jadi adalah 500 buah, persediaan awal bahan baku adalah 2000 kg, dan persediaan awal barang dalam proses adalah 1000 buah.
Persediaan Akhir
Persediaan akhir atau closing stock adalah jumlah persediaan saat akhir periode tertentu. Periode tersebut dapat berupa bulan, triwulan, atau tahun. Persediaan akhir dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Barang Jadi | Bahan Baku | Barang Dalam Proses | |
---|---|---|---|
Jumlah Stok Akhir | 800 | 1500 | 1200 |
Satuan | Buah | Kg | Buah |
Pada contoh tabel di atas, persediaan akhir barang jadi adalah 800 buah, persediaan akhir bahan baku adalah 1500 kg, dan persediaan akhir barang dalam proses adalah 1200 buah.
Cara Menghitung Persediaan Awal dan Akhir
1. Persediaan Barang Jadi
Cara menghitung persediaan awal barang jadi:
Persediaan awal barang jadi = Jumlah stok barang jadi pada periode sebelumnya
Cara menghitung persediaan akhir barang jadi:
Persediaan akhir barang jadi = Jumlah stok barang jadi pada periode saat ini
Contoh:
Penjualan | Persediaan Awal | Persediaan Akhir | |
---|---|---|---|
Jumlah | 2000 buah | 500 buah | 800 buah |
Pada contoh tabel di atas, persediaan awal barang jadi adalah 500 buah dan persediaan akhir barang jadi adalah 800 buah. Jadi, berdasarkan rumus di atas, kita sudah bisa menghitung persediaan awal dan akhir barang jadi.
2. Persediaan Bahan Baku
Cara menghitung persediaan awal bahan baku:
Persediaan awal bahan baku = Jumlah stok bahan baku pada periode sebelumnya
Cara menghitung persediaan akhir bahan baku:
Persediaan akhir bahan baku = Jumlah stok bahan baku pada periode saat ini
Contoh:
Penggunaan | Persediaan Awal | Persediaan Akhir | |
---|---|---|---|
Jumlah | 1500 kg | 2000 kg | 1500 kg |
Pada contoh tabel di atas, persediaan awal bahan baku adalah 2000 kg dan persediaan akhir bahan baku adalah 1500 kg. Jadi, berdasarkan rumus di atas, kita sudah bisa menghitung persediaan awal dan akhir bahan baku.
3. Persediaan Barang Dalam Proses
Cara menghitung persediaan awal barang dalam proses:
Persediaan awal barang dalam proses = Jumlah stok barang dalam proses pada periode sebelumnya
Cara menghitung persediaan akhir barang dalam proses:
Persediaan akhir barang dalam proses = Jumlah stok barang dalam proses pada periode saat ini
Contoh:
Produksi | Persediaan Awal | Persediaan Akhir | |
---|---|---|---|
Jumlah | 1200 buah | 1000 buah | 1200 buah |
Pada contoh tabel di atas, persediaan awal barang dalam proses adalah 1000 buah dan persediaan akhir barang dalam proses adalah 1200 buah. Jadi, berdasarkan rumus di atas, kita sudah bisa menghitung persediaan awal dan akhir barang dalam proses.
Menghitung Total Persediaan
Setelah mengetahui cara menghitung persediaan awal dan akhir untuk masing-masing jenis persediaan, selanjutnya kita dapat menghitung total persediaan dengan menggunakan rumus berikut:
Total Persediaan = Persediaan Awal + Pembelian – Penjualan – Persediaan Akhir
Contoh
Sebuah perusahaan memiliki persediaan awal barang jadi sebanyak 500 buah, persediaan awal bahan baku sebanyak 2000 kg, dan persediaan awal barang dalam proses sebanyak 1000 buah. Selama periode tersebut, perusahaan membeli 3000 buah barang jadi dan 5000 kg bahan baku. Perusahaan juga menjual 2000 buah barang jadi dan mengolah 1200 buah barang dalam proses. Persediaan akhir barang jadi sebanyak 800 buah, persediaan akhir bahan baku sebanyak 1500 kg, dan persediaan akhir barang dalam proses sebanyak 1200 buah. Berapa total persediaan perusahaan tersebut?
Persediaan Awal Barang Jadi = 500 buah
Persediaan Awal Bahan Baku = 2000 kg
Persediaan Awal Barang Dalam Proses = 1000 buah
Persediaan Akhir Barang Jadi = 800 buah
Persediaan Akhir Bahan Baku = 1500 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1200 buah
Pembelian Barang Jadi = 3000 buah
Pembelian Bahan Baku = 5000 kg
Penjualan Barang Jadi = 2000 buah
Jumlah Barang Dalam Proses yang Diolah = 1200 buah
Total Persediaan = Persediaan Awal + Pembelian – Penjualan – Persediaan Akhir
Total Persediaan Barang Jadi = 500 + 3000 – 2000 – 800 = 1700 buah
Total Persediaan Bahan Baku = 2000 + 5000 – 1500 = 5500 kg
Total Persediaan Barang Dalam Proses = 1000 + 1200 – 1200 = 1000 buah
FAQ
1. Mengapa penting untuk menghitung persediaan?
Menghitung persediaan penting dilakukan untuk mengontrol dan mengatur persediaan agar dapat menjaga ketersediaan barang untuk pelanggan dan menghindari kelebihan stok yang berujung pada kerugian.
2. Apa yang harus dilakukan jika persediaan awal dan akhir tidak dapat dihitung dengan akurat?
Jika persediaan awal dan akhir tidak dapat dihitung dengan akurat, dapat dilakukan estimasi atau penggunaan metode lain yang dapat menghasilkan jumlah yang seakurat mungkin.
Kesimpulan
Demikianlah cara menghitung persediaan awal dan akhir pada bisnis. Dengan menghitung persediaan awal dan akhir, perusahaan dapat mengontrol dan mengatur persediaan agar dapat menjaga ketersediaan barang untuk pelanggan dan menghindari kelebihan stok yang berujung pada kerugian. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.