Cara Menghitung Payback Period pada Studi Kelayakan Bisnis
Cara Menghitung Payback Period pada Studi Kelayakan Bisnis

Cara Menghitung Payback Period pada Studi Kelayakan Bisnis

Hello Sobat TeknoBgt! Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang cara menghitung payback period pada studi kelayakan bisnis. Payback period merupakan salah satu indikator yang penting dalam mengevaluasi apakah sebuah proyek bisnis layak atau tidak. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail apa itu payback period, bagaimana cara menghitungnya, serta beberapa pertimbangan penting dalam menggunakan metode ini. Mari kita mulai!

Apa itu Payback Period?

Payback period adalah metode yang digunakan untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah proyek bisnis untuk mengembalikan modal investasi awal. Dalam kata lain, payback period ini merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal awal yang ditanamkan dalam suatu proyek bisnis. Semakin cepat payback period tercapai, maka semakin baik juga untuk proyek bisnis tersebut.

Banyak perusahaan dan investor yang menggunakan payback period sebagai salah satu kriteria dalam mengevaluasi apakah sebuah proyek bisnis patut untuk diinvestasikan atau tidak. Namun, perlu diingat bahwa payback period bukanlah satu-satunya kriteria dan tidak bisa digunakan secara tunggal dalam menentukan kelayakan sebuah proyek bisnis.

Cara Menghitung Payback Period

Untuk menghitung payback period, pertama-tama kita perlu mengetahui berapa besar modal investasi awal yang ditanamkan dalam proyek bisnis tersebut. Selanjutnya, kita perlu menghitung berapa besar arus kas yang dihasilkan oleh proyek bisnis tersebut setiap tahunnya.

Setelah kita mengetahui berapa besar arus kas yang dihasilkan setiap tahunnya, maka kita dapat menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi awal tersebut. Berikut adalah rumus untuk menghitung payback period:

No.TahunArus KasTotal Arus KasSaldo Tertimbang
1Tahun 1Rp. 10.000.000Rp. 10.000.000Rp. 10.000.000
2Tahun 2Rp. 15.000.000Rp. 25.000.000Rp. 20.000.000
3Tahun 3Rp. 20.000.000Rp. 45.000.000Rp. 30.000.000
4Tahun 4Rp. 25.000.000Rp. 70.000.000Rp. 35.000.000
5Tahun 5Rp. 30.000.000Rp. 100.000.000Rp. 30.000.000

Dalam tabel di atas, kita dapat melihat bahwa total arus kas selama 5 tahun adalah Rp. 100.000.000. Kita hanya perlu mencari tahun ke berapa dimana jumlah saldo tertimbang sama dengan modal investasi awal. Dalam contoh ini, saldo tertimbang pada tahun ke-4 adalah Rp. 35.000.000 dan saldo tertimbang pada tahun ke-5 adalah Rp. 30.000.000. Oleh karena itu, payback period untuk proyek bisnis tersebut adalah antara tahun ke-4 dan tahun ke-5.

Pertimbangan Penting dalam Menggunakan Metode Payback Period

Sebagai metode yang sederhana, payback period memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengevaluasi kelayakan sebuah proyek bisnis. Berikut adalah beberapa pertimbangan penting dalam menggunakan metode payback period:

1. Tidak Memperhitungkan Nilai Waktu Uang

Salah satu kekurangan payback period adalah metodenya yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang atau time value of money. Artinya, metode ini tidak mempertimbangkan besarnya keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi yang terjadi di masa depan.

Sebagai contoh, jika kita memiliki dua proyek bisnis dengan payback period yang sama, tetapi proyek pertama memberikan keuntungan yang lebih besar di masa depan, maka proyek pertama akan lebih layak untuk diinvestasikan meskipun payback period-nya sama.

2. Tidak Memperhitungkan Risiko

Pada dasarnya, payback period hanya menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi awal. Metode ini tidak memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan. Sebagai contoh, proyek bisnis dengan payback period yang lebih cepat belum tentu lebih baik daripada proyek bisnis dengan payback period yang lebih lama jika proyek kedua memiliki risiko yang lebih kecil.

3. Tidak Menyediakan Informasi yang Lengkap

Metode payback period hanya memberikan informasi tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi awal. Metode ini tidak memberikan informasi yang lengkap tentang kinerja proyek bisnis dari segi keuntungan, risiko, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan payback period harus dilengkapi dengan metode lain untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang kelayakan sebuah proyek bisnis.

4. Bergantung pada Perhitungan Arus Kas

Perhitungan payback period sangat bergantung pada perhitungan arus kas yang dihasilkan oleh proyek bisnis. Jika perhitungan arus kas salah atau tidak akurat, maka perhitungan payback period juga akan salah atau tidak akurat.

5. Tidak Mempertimbangkan Masa Depan

Payback period hanya mempertimbangkan jangka waktu hingga modal investasi awal terbayar kembali. Metode ini tidak mempertimbangkan masa depan dan keuntungan atau kerugian yang mungkin terjadi setelah periode payback tercapai.

Kesimpulan

Payback period adalah salah satu metode yang sederhana untuk mengevaluasi kelayakan sebuah proyek bisnis. Metode ini menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi awal dalam proyek bisnis. Meskipun sederhana, metode ini juga memiliki kekurangan dalam mengevaluasi kelayakan sebuah proyek bisnis. Sebagai pengusaha atau investor, kita harus menggunakan metode payback period dengan hati-hati dan dilengkapi dengan metode lain untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kelayakan sebuah proyek bisnis.

FAQ

1. Apa itu payback period?

Payback period adalah metode yang digunakan untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah proyek bisnis untuk mengembalikan modal investasi awal.

2. Mengapa payback period penting dalam mengevaluasi kelayakan sebuah proyek bisnis?

Payback period merupakan salah satu kriteria yang penting dalam mengevaluasi apakah sebuah proyek bisnis layak atau tidak. Semakin cepat payback period tercapai, maka semakin baik juga untuk proyek bisnis tersebut.

3. Apa kekurangan dari metode payback period?

Kekurangan payback period adalah metodenya yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang atau time value of money, tidak memperhitungkan risiko, tidak memberikan informasi yang lengkap tentang kinerja proyek bisnis dari segi keuntungan, risiko, dan sebagainya, bergantung pada perhitungan arus kas, dan tidak mempertimbangkan masa depan dan keuntungan atau kerugian yang mungkin terjadi setelah periode payback tercapai.

Semoga Bermanfaat dan Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya

Cara Menghitung Payback Period pada Studi Kelayakan Bisnis