TEKNOBGT
Cara Menghitung Pajak PPN dan PPH Pasal 21
Cara Menghitung Pajak PPN dan PPH Pasal 21

Cara Menghitung Pajak PPN dan PPH Pasal 21

Halo Sobat TeknoBgt! Apakah kamu sudah paham cara menghitung pajak PPN dan PPH Pasal 21? Apabila belum, jangan khawatir karena pada kesempatan kali ini kita akan membahas secara detail tentang cara menghitung pajak PPN dan PPH Pasal 21. Simak penjelasannya di bawah ini.

Pajak PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang diberikan kepada pihak yang melakukan kegiatan penjualan atas barang dan jasa yang dikenakan pajak. PPN sebesar 10% dari nilai transaksi penjualan atau jasa yang dilakukan.

Cara Menghitung Pajak PPN

Untuk menghitung pajak PPN, kamu bisa menggunakan rumus berikut:

Nilai TransaksiPajak PPN (10%)
Rp 1.000.000,-Rp 100.000,-
Rp 2.500.000,-Rp 250.000,-
Rp 5.000.000,-Rp 500.000,-

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai pajak PPN adalah 10% dari nilai transaksi penjualan atau jasa yang dilakukan. Sebagai contoh, apabila nilai transaksi sebesar Rp 1.000.000,-, maka pajak PPN yang harus dibayar adalah sebesar Rp 100.000,-.

FAQ tentang Pajak PPN

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan seputar pajak PPN:

1. Apa yang dimaksud dengan objek pajak PPN?

Objek pajak PPN adalah barang dan/atau jasa yang dikenakan PPN.

2. Apa yang dimaksud dengan subjek pajak PPN?

Subjek pajak PPN adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan penjualan barang dan/atau jasa yang dikenakan PPN.

3. Apakah ada batasan nilai transaksi yang dikenakan pajak PPN?

Ya, batasan nilai transaksi yang dikenakan pajak PPN adalah sebesar Rp 600.000,-.

4. Bagaimana cara membayar pajak PPN?

Pajak PPN dibayar dengan cara melakukan setoran ke rekening yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Pajak PPH Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh pegawai atau karyawan.

Cara Menghitung Pajak PPH Pasal 21

Untuk menghitung pajak PPH Pasal 21, kamu bisa menggunakan rumus berikut:

Penghasilan BrutoBeban PengurangPenghasilan NetoPajak
Rp 10.000.000,-Rp 2.500.000,-Rp 7.500.000,-Rp 750.000,-
Rp 15.000.000,-Rp 3.500.000,-Rp 11.500.000,-Rp 1.150.000,-
Rp 20.000.000,-Rp 5.000.000,-Rp 15.000.000,-Rp 1.500.000,-

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pajak PPH Pasal 21 dihitung berdasarkan penghasilan neto yang diterima oleh pegawai atau karyawan. Sebagai contoh, apabila penghasilan bruto sebesar Rp 10.000.000,- dan beban pengurang sebesar Rp 2.500.000,-, maka penghasilan neto adalah sebesar Rp 7.500.000,- dan pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp 750.000,-.

FAQ tentang Pajak PPH Pasal 21

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan seputar pajak PPH Pasal 21:

1. Siapa yang harus membayar pajak PPH Pasal 21?

Pajak PPH Pasal 21 dibayar oleh pegawai atau karyawan yang menerima penghasilan dari pekerjaannya.

2. Apa yang dimaksud dengan penghasilan bruto?

Penghasilan bruto adalah semua pendapatan yang diterima oleh pegawai atau karyawan, termasuk gaji, tunjangan, bonus, dan lain sebagainya.

3. Apa yang dimaksud dengan beban pengurang?

Beban pengurang adalah semua pengeluaran yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat dipotong dari penghasilan bruto, seperti biaya transportasi, tunjangan kesehatan, dan lain sebagainya.

4. Apakah ada batasan nilai penghasilan yang dikenakan pajak PPH Pasal 21?

Ya, batasan nilai penghasilan yang dikenakan pajak PPH Pasal 21 adalah sebesar Rp 54.000.000,- per tahun.

Kesimpulan

Nah, Sobat TeknoBgt, itulah cara menghitung pajak PPN dan PPH Pasal 21. Penting bagi kita untuk memahami cara menghitung pajak agar tidak terkena sanksi atau denda dari pihak yang berwenang. Jangan lupa untuk selalu membayar pajak dengan tepat waktu ya!

Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.

Cara Menghitung Pajak PPN dan PPH Pasal 21