Hello Sobat TeknoBgt, apakah kamu sedang bingung untuk menghitung omzet yang dibutuhkan untuk mencapai Break Even Point (BEP)? Tenang saja, pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai cara menghitung omzet untuk mencapai BEP secara mudah dan jelas. Yuk, simak pembahasan selengkapnya!
Apa itu Break Even Point (BEP)?
Sebelum kita membahas mengenai cara menghitung omzet untuk mencapai BEP, penting untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu BEP. Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah saat dimana pendapatan yang didapatkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam kata lain, BEP adalah saat dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
Contoh sederhana untuk memahami BEP adalah ketika sebuah toko buku menjual buku seharga Rp100.000 dengan biaya produksi Rp50.000 per buku. Maka, untuk mencapai BEP, toko buku harus menjual minimal satu buku dalam sehari agar tidak mengalami kerugian atau keuntungan.
Langkah-langkah Menghitung BEP
Setelah mengetahui definisi dari BEP, berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung BEP:
- Menghitung Biaya Tetap (Fixed Cost)
- Menghitung Biaya Variabel per Unit
- Menghitung Harga Jual per Unit
- Menghitung Kontribusi Margin per Unit
- Menghitung Break Even Point (BEP)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun produksi meningkat atau menurun. Contoh biaya tetap adalah sewa toko, listrik, dan gaji karyawan. Untuk menghitung biaya tetap, kita bisa menjumlahkan seluruh biaya yang tidak berubah dalam satu periode waktu, misalnya satu bulan.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah tergantung pada banyaknya produksi. Contoh biaya variabel adalah bahan baku, upah produksi, dan biaya pengiriman. Untuk menghitung biaya variabel per unit, kita bisa membagi total biaya variabel dengan jumlah produksi.
Harga jual per unit adalah harga yang kita tetapkan untuk menjual suatu produk. Untuk menghitung harga jual per unit, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya produksi, persaingan, dan permintaan pasar.
Kontribusi margin per unit adalah selisih antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit. Kontribusi margin per unit digunakan untuk membayar biaya tetap dan menghasilkan keuntungan. Untuk menghitung kontribusi margin per unit, kita bisa menggunakan rumus: Kontribusi Margin per Unit = Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit.
Setelah mengetahui biaya tetap, biaya variabel per unit, dan kontribusi margin per unit, kita bisa menghitung BEP. BEP dihitung dengan rumus sebagai berikut: BEP = Biaya Tetap ÷ Kontribusi Margin per Unit.
Contoh Menghitung BEP
Agar lebih mudah dipahami, berikut adalah contoh menghitung BEP:
Biaya Tetap | Rp10.000.000 |
---|---|
Biaya Variabel per Unit | Rp5.000 |
Harga Jual per Unit | Rp10.000 |
Dari data di atas, kita dapat menghitung kontribusi margin per unit:
Kontribusi Margin per Unit = Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit
Kontribusi Margin per Unit = Rp10.000 – Rp5.000 = Rp5.000
Setelah itu, kita dapat menghitung BEP:
BEP = Biaya Tetap ÷ Kontribusi Margin per Unit
BEP = Rp10.000.000 ÷ Rp5.000 = 2.000 unit
Dari hasil perhitungan di atas, perusahaan harus menjual minimal 2.000 unit produk untuk mencapai BEP.
FAQ
Apa yang terjadi jika penjualan di atas BEP?
Jika penjualan di atas BEP, maka perusahaan akan menghasilkan keuntungan (profit).
Apa yang terjadi jika penjualan di bawah BEP?
Jika penjualan di bawah BEP, maka perusahaan akan mengalami kerugian (loss).
Apakah BEP selalu konstan?
Tidak, BEP dapat berubah tergantung pada perubahan biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual per unit.
Apa bedanya BEP dengan ROI?
ROI (Return on Investment) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi investasi. Sedangkan BEP adalah saat dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa menghitung omzet untuk mencapai BEP sangatlah penting bagi suatu perusahaan. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat mengambil keputusan bisnis yang tepat dan menghindari kerugian. Selain itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya produksi, persaingan, dan permintaan pasar dalam menetapkan harga jual per unit.
Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!