Halo Sobat TeknoBgt!
Memulai bisnis bukanlah perkara mudah. Selain mengumpulkan modal dan mencari pelanggan, Anda juga harus tahu apakah bisnis yang Anda jalankan layak atau tidak. Salah satu cara menentukan kelayakan bisnis adalah dengan melakukan studi kelayakan bisnis. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah aspek keuangan. Nah, dalam artikel ini, saya akan membahas cara menghitung aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis.
Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis adalah suatu studi yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu usaha layak untuk dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini biasanya mempertimbangkan beberapa aspek seperti aspek teknis, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek hukum.
Dalam studi kelayakan bisnis, aspek keuangan memegang peranan penting. Aspek keuangan akan menunjukkan apakah usaha yang akan dijalankan akan menghasilkan keuntungan atau tidak. Nah, berikut ini adalah cara menghitung aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis.
Pengertian Aspek Keuangan dalam Studi Kelayakan Bisnis
Sebelum membahas lebih jauh tentang cara menghitung aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis.
Aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis adalah suatu analisis terhadap keuangan usaha yang akan dijalankan. Analisis aspek keuangan meliputi beberapa hal, seperti perencanaan keuangan, pengaturan anggaran, analisis kelayakan finansial, dan sebagainya. Tujuan dari analisis aspek keuangan adalah untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan menghasilkan keuntungan atau tidak.
Penentuan Modal Awal
Langkah pertama dalam menghitung aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis adalah menentukan modal awal. Modal awal adalah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha. Modal awal biasanya digunakan untuk membeli aset tetap, seperti gedung atau mesin, dan untuk membeli persediaan awal.
Untuk menentukan modal awal, Anda harus melakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan ini meliputi estimasi biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian aset tetap dan persediaan awal.
Contoh: Perhitungan Modal Awal
No. | Rincian | Jumlah |
---|---|---|
1 | Pembelian gedung | Rp 500.000.000 |
2 | Pembelian mesin | Rp 200.000.000 |
3 | Persediaan awal | Rp 100.000.000 |
Total | Rp 800.000.000 |
Dari contoh di atas, modal awal yang dibutuhkan sebesar Rp 800.000.000.
Perencanaan Keuangan
Setelah menentukan modal awal, langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan meliputi pengaturan anggaran, estimasi pendapatan, estimasi pengeluaran, dan sebagainya.
Pengaturan anggaran ini penting dilakukan agar Anda dapat merencanakan pengeluaran dengan tepat. Dalam pengaturan anggaran, harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan. Di samping itu, Anda juga harus melakukan estimasi pendapatan dan pengeluaran.
Estimasi pendapatan bisa dilakukan dengan banyak cara, tergantung dari jenis usaha yang akan dilakukan. Estimasi pengeluaran juga bisa dilakukan dengan banyak cara, tergantung dari jenis usaha yang akan dilakukan.
Contoh: Perencanaan Keuangan
No. | Rincian | Estimasi |
---|---|---|
1 | Pendapatan dari penjualan | Rp 10.000.000/bulan |
2 | Pengeluaran untuk bahan baku | Rp 3.000.000/bulan |
3 | Pengeluaran untuk gaji karyawan | Rp 2.000.000/bulan |
Total | Rp 5.000.000/bulan |
Dari contoh di atas, estimasi pendapatan per bulan adalah Rp 10.000.000, dan estimasi pengeluaran per bulan adalah Rp 5.000.000. Dengan demikian, keuntungan yang dihasilkan sebesar Rp 5.000.000 per bulan.
Analisis Kelayakan Finansial
Setelah melakukan perencanaan keuangan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak dari segi keuangan atau tidak.
Dalam analisis kelayakan finansial, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti payback period, net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan sebagainya. Analisis kelayakan finansial akan menunjukkan apakah usaha yang akan dijalankan layak atau tidak.
Contoh: Analisis Kelayakan Finansial
Contoh analisis kelayakan finansial bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tahun | Pendapatan | Pengeluaran | Keuntungan | Saldo Akhir |
---|---|---|---|---|
1 | Rp 120.000.000 | Rp 60.000.000 | Rp 60.000.000 | Rp 840.000.000 |
2 | Rp 145.200.000 | Rp 73.000.000 | Rp 72.200.000 | Rp 1.062.200.000 |
3 | Rp 174.240.000 | Rp 87.120.000 | Rp 87.120.000 | Rp 1.249.760.000 |
4 | Rp 209.088.000 | Rp 104.544.000 | Rp 104.544.000 | Rp 1.404.864.000 |
5 | Rp 250.905.600 | Rp 125.452.800 | Rp 125.452.800 | Rp 1.532.318.400 |
NPV | Rp 1.278.054.689 | |||
IRR | 20% | |||
Payback Period | 3 tahun 7 bulan |
Dari contoh di atas, terlihat bahwa proyek tersebut layak dari segi keuangan karena memiliki NPV yang positif dan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga. Selain itu, payback period juga terbilang singkat.
Kesimpulan
Demikianlah cara menghitung aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis. Dalam studi kelayakan bisnis, aspek keuangan memegang peranan penting. Oleh karena itu, Anda harus memperhatikan dengan seksama aspek keuangan dalam melakukan studi kelayakan bisnis.
FAQ
1. Apa itu studi kelayakan bisnis?
Studi kelayakan bisnis adalah suatu studi yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu usaha layak untuk dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini biasanya mempertimbangkan beberapa aspek seperti aspek teknis, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek hukum.
2. Mengapa aspek keuangan penting dalam studi kelayakan bisnis?
Aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis menunjukkan apakah usaha yang akan dijalankan akan menghasilkan keuntungan atau tidak. Oleh karena itu, aspek keuangan memegang peranan penting dalam menentukan kelayakan bisnis.
3. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam analisis kelayakan finansial?
Dalam analisis kelayakan finansial, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti payback period, net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan sebagainya. Analisis kelayakan finansial akan menunjukkan apakah usaha yang akan dijalankan layak atau tidak.