Hello Sobat TeknoBgt! Pada artikel ini, kami akan membahas tentang cara menghitung PPh 21 per bulan. Pajak merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara, termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 21. Sebagai seorang karyawan, Anda wajib membayar PPh 21 setiap bulannya. Agar Anda dapat menghitung PPh 21 dengan tepat, simak pembahasan berikut ini.
Apa itu PPh 21?
Pajak Penghasilan (PPh) 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh pegawai atau karyawan dari suatu perusahaan. PPh 21 merupakan pajak final yang langsung dipotong oleh perusahaan dari gaji karyawan.
PPh 21 memiliki tarif yang berbeda-beda tergantung pada besaran penghasilan yang diterima karyawan. Tarif tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 101/PMK.010/2016 sebagai berikut:
Jumlah Penghasilan (Dalam Rupiah) | Tarif PPh 21 |
---|---|
Kurang dari atau sama dengan Rp 50.000.000 | 5% |
Lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 | 15% |
Lebih dari Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 | 25% |
Lebih dari Rp 500.000.000 | 30% |
Perlu diingat bahwa tarif tersebut berlaku per tahun. Namun, karena pada artikel kali ini kita membahas tentang cara menghitung PPh 21 per bulan, maka kita harus menghitungnya berdasarkan perhitungan bulanan.
Cara Menghitung PPh 21 per Bulan
Berikut langkah-langkah cara menghitung PPh 21 per bulan:
Langkah Pertama: Menghitung Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah penghasilan sebelum dipotong pajak. Penghasilan bruto dapat dihitung dengan menjumlahkan semua penghasilan yang diterima karyawan selama satu bulan, termasuk tunjangan, bonus, dan insentif.
Contoh perhitungan penghasilan bruto:
Jenis Penghasilan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Gaji dasar | 8.000.000 |
Tunjangan | 2.000.000 |
Bonus | 1.000.000 |
Insentif | 500.000 |
Total | 11.500.000 |
Dari contoh di atas, penghasilan bruto karyawan adalah sebesar Rp 11.500.000.
Langkah Kedua: Menghitung Penghasilan Neto
Penghasilan neto adalah penghasilan setelah dipotong pajak. Penghasilan neto dapat dihitung dengan mengurangi penghasilan bruto dengan potongan-potongan yang telah ditentukan, seperti potongan tunjangan jabatan, iuran pensiun, dan biaya jabatan.
Contoh perhitungan penghasilan neto:
Jenis Potongan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Tunjangan jabatan | 1.000.000 |
Iuran pensiun | 500.000 |
Biaya jabatan (5%) | 575.000 |
Total | 2.075.000 |
Dari contoh di atas, penghasilan neto karyawan adalah sebesar Rp 9.425.000.
Langkah Ketiga: Menghitung PPh 21
Setelah mengetahui penghasilan neto karyawan, kita dapat menghitung PPh 21 berdasarkan tarif yang telah ditetapkan.
Contoh perhitungan PPh 21:
Jumlah Penghasilan (Dalam Rupiah) | Tarif PPh 21 | Jumlah PPh 21 (Rp) |
---|---|---|
Kurang dari atau sama dengan Rp 50.000.000 | 5% | 471.250 |
Total Penghasilan Kena Pajak | 5% | 471.250 |
Dari contoh di atas, PPh 21 yang harus dibayarkan oleh karyawan sebesar Rp 471.250 per bulan.
FAQ
1. Apa yang dimaksud dengan penghasilan bruto dan neto?
Penghasilan bruto adalah penghasilan sebelum dipotong pajak, sedangkan penghasilan neto adalah penghasilan setelah dipotong pajak.
2. Apakah PPh 21 harus dibayarkan setiap bulan?
Ya, PPh 21 harus dibayarkan setiap bulan oleh karyawan.
3. Apakah tarif PPh 21 berbeda-beda tergantung besaran penghasilan?
Ya, tarif PPh 21 berbeda-beda tergantung besaran penghasilan yang diterima karyawan.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kami telah membahas tentang cara menghitung PPh 21 per bulan. Penting bagi setiap karyawan untuk memahami cara menghitung PPh 21 agar dapat membayar pajak dengan tepat dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara.
Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.