TEKNOBGT

Cara Menghitung FIFO dan LIFO: Panduan Lengkap untuk Sobat TeknoBgt

Hello Sobat TeknoBgt! Jika Anda adalah seorang pengusaha atau akuntan, Anda mungkin pernah mendengar istilah FIFO dan LIFO. Kedua konsep ini sangat penting dalam pengelolaan persediaan barang dan dapat membantu meningkatkan efisiensi dan keuntungan bisnis Anda. Namun, tidak semua orang tahu bagaimana menghitung FIFO dan LIFO dengan benar. Oleh karena itu, artikel ini akan memberikan panduan lengkap tentang cara menghitung FIFO dan LIFO. Simak terus dan semoga bermanfaat!

Apa Itu FIFO dan LIFO?

Sebelum membahas cara menghitung FIFO dan LIFO, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu FIFO dan LIFO. FIFO adalah singkatan dari First-In, First-Out, yang berarti produk yang pertama kali masuk ke dalam persediaan juga akan menjadi produk pertama yang keluar dari persediaan. LIFO, di sisi lain, adalah singkatan dari Last-In, First-Out, yang berarti produk yang terakhir masuk ke dalam persediaan akan menjadi produk pertama yang keluar dari persediaan.

Konsep FIFO dan LIFO dapat digunakan pada berbagai jenis barang, mulai dari makanan hingga bahan bangunan. Dalam bisnis, penggunaan FIFO dan LIFO dapat berdampak pada laba atau rugi perusahaan.

Cara Menghitung FIFO

Untuk menghitung FIFO, Anda harus menghitung biaya barang yang pertama kali masuk terlebih dahulu. Dalam konteks pengelolaan persediaan, biaya barang ini disebut sebagai biaya barang yang masih tertunda. Setelah Anda mengetahui biaya barang yang masih tertunda, Anda dapat mengurutkan barang-barang berdasarkan waktu masuknya ke dalam persediaan. Barang yang pertama kali masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga biaya dari barang-barang tersebut juga akan menjadi biaya barang yang dijual terlebih dahulu.

Contohnya, misalkan Anda memiliki 100 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp10.000 per unit pada tanggal 1 Januari, 50 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp12.000 per unit pada tanggal 1 Februari, dan 75 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp11.000 per unit pada tanggal 1 Maret. Jika Anda menjual 150 unit produk A pada bulan April, cara menghitung FIFO akan seperti berikut:

Tanggal PembelianJumlah BarangHarga per UnitBiaya Barang
1 Januari100Rp10.000Rp1.000.000
1 Februari50Rp12.000Rp600.000
1 Maret75Rp11.000Rp825.000
Total225Rp2.425.000

Dalam contoh di atas, biaya barang yang masih tertunda adalah Rp1.000.000 untuk 100 unit produk A yang dibeli pada tanggal 1 Januari. Karena Anda menjual 150 unit produk A, 100 unit pertama akan dianggap sebagai barang yang pertama kali masuk persediaan dan akan dijual terlebih dahulu. Oleh karena itu, biaya dari 100 unit pertama adalah Rp1.000.000, dan biaya dari 50 unit sisanya adalah Rp600.000 + Rp825.000 = Rp1.425.000. Dengan demikian, biaya barang yang dijual terlebih dahulu adalah Rp1.000.000 + Rp425.000 = Rp1.425.000.

Tentu saja, jika ada lebih dari satu jenis barang dalam persediaan, maka Anda harus menghitung FIFO untuk setiap jenis barang tersebut. Selain itu, jika harga barang berubah dari waktu ke waktu, Anda juga perlu menghitung rata-rata harga yang digunakan sebagai biaya barang yang masih tertunda.

Cara Menghitung LIFO

Untuk menghitung LIFO, Anda harus menghitung biaya barang yang paling baru terlebih dahulu. Biaya barang ini disebut sebagai biaya barang yang akan datang. Setelah Anda mengetahui biaya barang yang akan datang, Anda dapat mengurutkan barang-barang berdasarkan waktu masuknya ke dalam persediaan. Barang yang paling baru masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga biaya dari barang-barang tersebut juga akan menjadi biaya barang yang dijual terlebih dahulu.

Contohnya, misalkan Anda memiliki 100 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp10.000 per unit pada tanggal 1 Januari, 50 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp12.000 per unit pada tanggal 1 Februari, dan 75 unit produk A yang dibeli dengan harga Rp11.000 per unit pada tanggal 1 Maret. Jika Anda menjual 150 unit produk A pada bulan April, cara menghitung LIFO akan seperti berikut:

Tanggal PembelianJumlah BarangHarga per UnitBiaya Barang
1 Maret75Rp11.000Rp825.000
1 Februari50Rp12.000Rp600.000
1 Januari100Rp10.000Rp1.000.000
Total225Rp2.425.000

Dalam contoh di atas, biaya barang yang akan datang adalah Rp11.000 untuk 75 unit produk A yang dibeli pada tanggal 1 Maret. Karena Anda menjual 150 unit produk A, 75 unit pertama akan dianggap sebagai barang yang paling baru masuk persediaan dan akan dijual terlebih dahulu. Oleh karena itu, biaya dari 75 unit pertama adalah Rp825.000, dan biaya dari 75 unit sisanya adalah Rp600.000 + Rp1.000.000 = Rp1.600.000. Dengan demikian, biaya barang yang dijual terlebih dahulu adalah Rp825.000 + Rp775.000 = Rp1.600.000.

Sama seperti FIFO, jika ada lebih dari satu jenis barang dalam persediaan atau harga barang berubah dari waktu ke waktu, maka Anda perlu menghitung LIFO untuk setiap jenis barang tersebut dan menghitung rata-rata harga yang digunakan sebagai biaya barang yang akan datang.

Perbedaan Antara FIFO dan LIFO

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, FIFO dan LIFO memiliki perbedaan terutama dalam urutan barang yang keluar dari persediaan. FIFO mengutamakan barang yang pertama kali masuk, sedangkan LIFO mengutamakan barang yang paling baru masuk. Dalam beberapa kasus, perbedaan ini dapat memengaruhi jumlah penghasilan perusahaan dan jumlah pajak yang harus dibayar.

Contohnya, jika harga barang naik dari waktu ke waktu, penggunaan FIFO akan menghasilkan biaya barang yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan LIFO, sehingga laba perusahaan akan lebih tinggi. Namun, penggunaan FIFO juga dapat menyebabkan pajak yang lebih tinggi, karena harga barang yang lebih rendah berarti lebih sedikit pengurangan biaya dalam menghitung pajak penghasilan.

Di lain sisi, jika harga barang turun dari waktu ke waktu, penggunaan LIFO akan menghasilkan biaya barang yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan FIFO, sehingga laba perusahaan akan lebih rendah. Namun, penggunaan LIFO juga dapat menyebabkan pajak yang lebih rendah, karena harga barang yang lebih tinggi berarti lebih banyak pengurangan biaya dalam menghitung pajak penghasilan.

FAQ: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

1. Apa itu persediaan barang?

Persediaan barang adalah jumlah barang yang dimiliki oleh perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Persediaan barang dapat berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang siap untuk dijual.

2. Mengapa perusahaan perlu mengelola persediaan barang?

Perusahaan perlu mengelola persediaan barang untuk memastikan ketersediaan barang yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, menghindari kekurangan persediaan yang dapat menyebabkan kehilangan penjualan, dan meningkatkan efisiensi dan keuntungan perusahaan.

3. Apa bedanya antara FIFO dan LIFO?

Perbedaan utama antara FIFO dan LIFO adalah urutan barang yang keluar dari persediaan. FIFO mengutamakan barang yang pertama kali masuk, sedangkan LIFO mengutamakan barang yang paling baru masuk.

4. Bagaimana cara menghitung FIFO?

Untuk menghitung FIFO, Anda harus menghitung biaya barang yang pertama kali masuk terlebih dahulu, kemudian mengurutkan barang-barang berdasarkan waktu masuknya ke dalam persediaan, dan menjual barang yang pertama kali masuk terlebih dahulu.

5. Bagaimana cara menghitung LIFO?

Untuk menghitung LIFO, Anda harus menghitung biaya barang yang paling baru terlebih dahulu, kemudian mengurutkan barang-barang berdasarkan waktu masuknya ke dalam persediaan, dan menjual barang yang paling baru masuk terlebih dahulu.

Kesimpulan

Selamat! Anda telah mempelajari cara menghitung
FIFO dan LIFO dengan benar. Konsep FIFO dan LIFO sangat penting dalam pengelolaan persediaan barang dan dapat membantu meningkatkan efisiensi dan keuntungan bisnis Anda. Ingatlah bahwa penggunaan FIFO dan LIFO dapat berdampak pada laba atau rugi perusahaan, jadi pastikan Anda menggunakan konsep yang tepat sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!

Semoga Bermanfaat dan Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya.

Cara Menghitung FIFO dan LIFO: Panduan Lengkap untuk Sobat TeknoBgt