Halo Sobat TeknoBgt! Di dalam dunia bisnis, persediaan barang akhir sangatlah penting untuk diperhitungkan. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara menghitung persediaan barang akhir secara lengkap dan detail. Simak artikel ini sampai selesai ya!
Apa itu Persediaan Barang Akhir?
Persediaan barang akhir adalah jumlah barang yang tersisa di akhir periode akuntansi. Jumlah persediaan barang akhir ini penting untuk diperhitungkan karena dapat mempengaruhi laba rugi perusahaan. Jika persediaan barang akhir banyak, maka perusahaan harus membayar lebih banyak untuk penyimpanan dan biaya lainnya.
Bagaimana Cara Menghitung Persediaan Barang Akhir?
Untuk menghitung persediaan barang akhir, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Hitung jumlah barang awal
- Hitung jumlah barang yang dibeli selama periode akuntansi
- Hitung jumlah barang yang terjual selama periode akuntansi
- Hitung jumlah barang rusak atau hilang selama periode akuntansi
- Hitung jumlah persediaan barang akhir dengan menggunakan rumus
Langkah 1: Hitung Jumlah Barang Awal
Langkah pertama untuk menghitung persediaan barang akhir adalah dengan menghitung jumlah barang awal. Jumlah barang awal adalah jumlah barang yang tersedia sebelum periode akuntansi dimulai. Berikut adalah contoh cara menghitung jumlah barang awal:
No | Nama Barang | Jumlah Barang Awal |
---|---|---|
1 | Buku Tulis | 100 buah |
2 | Pensil | 200 buah |
3 | Penghapus | 150 buah |
Langkah 2: Hitung Jumlah Barang yang Dibeli Selama Periode Akuntansi
Langkah kedua adalah menghitung jumlah barang yang dibeli selama periode akuntansi. Jumlah barang yang dibeli ini harus dicatat dalam buku pembelian atau nota pembelian. Berikut contoh cara menghitung jumlah barang yang dibeli:
No | Nama Barang | Jumlah Barang Dibeli | Harga Beli | Total Harga Beli |
---|---|---|---|---|
1 | Buku Tulis | 50 buah | Rp 3.000 | Rp 150.000 |
2 | Pensil | 75 buah | Rp 1.000 | Rp 75.000 |
3 | Penghapus | 100 buah | Rp 500 | Rp 50.000 |
Langkah 3: Hitung Jumlah Barang yang Terjual Selama Periode Akuntansi
Langkah ketiga adalah menghitung jumlah barang yang terjual selama periode akuntansi. Jumlah barang yang terjual ini harus dicatat dalam buku penjualan atau nota penjualan. Berikut contoh cara menghitung jumlah barang yang terjual:
No | Nama Barang | Jumlah Barang Terjual | Harga Jual | Total Harga Jual |
---|---|---|---|---|
1 | Buku Tulis | 25 buah | Rp 5.000 | Rp 125.000 |
2 | Pensil | 50 buah | Rp 2.000 | Rp 100.000 |
3 | Penghapus | 75 buah | Rp 1.000 | Rp 75.000 |
Langkah 4: Hitung Jumlah Barang Rusak atau Hilang Selama Periode Akuntansi
Langkah keempat adalah menghitung jumlah barang rusak atau hilang selama periode akuntansi. Jumlah barang yang rusak atau hilang harus dicatat dalam buku catatan kerusakan atau hilang. Berikut contoh cara menghitung jumlah barang rusak atau hilang:
No | Nama Barang | Jumlah Barang Rusak atau Hilang |
---|---|---|
1 | Buku Tulis | 5 buah |
2 | Pensil | 10 buah |
3 | Penghapus | 2 buah |
Langkah 5: Hitung Jumlah Persediaan Barang Akhir
Setelah mengetahui jumlah barang awal, jumlah barang yang dibeli, jumlah barang yang terjual, dan jumlah barang rusak atau hilang, maka dapat dihitung jumlah persediaan barang akhir. Berikut rumus yang dapat digunakan:
Jumlah Persediaan Barang Akhir = Jumlah Barang Awal + Jumlah Barang yang Dibeli – Jumlah Barang yang Terjual – Jumlah Barang Rusak atau Hilang
Untuk contoh di atas, maka jumlah persediaan barang akhir adalah:
Jumlah Persediaan Barang Akhir = 100 + 50 – 25 – 5 + 200 – 50 – 10 + 150 – 100 – 2 = 308 buah
FAQ
1. Apa itu persediaan barang akhir?
Persediaan barang akhir adalah jumlah barang yang tersisa di akhir periode akuntansi.
2. Mengapa perlu menghitung persediaan barang akhir?
Perlu menghitung persediaan barang akhir untuk memperoleh informasi tentang jumlah stok barang yang tersisa dan memperkirakan biaya yang diperlukan untuk penyimpanan dan biaya lainnya.
3. Apa langkah-langkah untuk menghitung persediaan barang akhir?
Langkah-langkah untuk menghitung persediaan barang akhir adalah: hitung jumlah barang awal, hitung jumlah barang yang dibeli selama periode akuntansi, hitung jumlah barang yang terjual selama periode akuntansi, hitung jumlah barang rusak atau hilang selama periode akuntansi, dan hitung jumlah persediaan barang akhir dengan menggunakan rumus.