Cara Menghitung Beban Penyusutan dengan Metode Garis Lurus

Hello Sobat TeknoBgt! Pernahkah kamu mendengar istilah beban penyusutan? Beban penyusutan adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengganti aset tetap yang telah menurun nilainya akibat penggunaannya dalam operasi perusahaan. Aset tetap yang dimaksud adalah aset yang digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, seperti gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai cara menghitung beban penyusutan dengan metode garis lurus. Yuk simak!

Apa itu Metode Garis Lurus?

Metode garis lurus merupakan salah satu metode perhitungan beban penyusutan yang paling sederhana dan mudah dipahami. Metode ini mengasumsikan bahwa aset tetap menurun nilai secara bertahap dan konsisten setiap tahunnya selama umur ekonomisnya. Nilai aset tetap yang disusutkan dihitung dengan cara membagi selisih antara harga perolehan dan nilai residu dengan umur ekonomis aset tersebut.

Contohnya, sebuah mesin yang memiliki harga perolehan sebesar Rp 100.000.000, nilai residu sebesar Rp 10.000.000, dan umur ekonomis selama 10 tahun. Maka, selisih antara harga perolehan dan nilai residu adalah Rp 90.000.000. Nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya adalah Rp 9.000.000 (Rp 90.000.000 dibagi dengan 10 tahun).

Dengan menggunakan metode garis lurus, beban penyusutan dihitung dengan cara membagi nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya dengan jumlah tahun aset tetap digunakan. Dalam contoh di atas, beban penyusutan per tahunnya adalah Rp 9.000.000 dan akan dikeluarkan selama 10 tahun.

Cara Menghitung Beban Penyusutan dengan Metode Garis Lurus

Berikut adalah langkah-langkah cara menghitung beban penyusutan dengan metode garis lurus:

Langkah 1: Tentukan Harga Perolehan Aset Tetap

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan harga perolehan aset tetap. Harga perolehan adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli atau membuat aset tetap tersebut. Harga perolehan juga dapat berubah sewaktu-waktu, misalnya karena adanya perbaikan atau renovasi.

Langkah 2: Tentukan Nilai Residu Aset Tetap

Setelah menentukan harga perolehan, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai residu aset tetap. Nilai residu adalah nilai yang diharapkan dapat diperoleh dari penjualan aset tetap tersebut setelah umur ekonomisnya berakhir. Nilai residu dapat dihitung berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pasar atau berdasarkan nilai yang ditetapkan perusahaan.

Langkah 3: Tentukan Umur Ekonomis Aset Tetap

Umur ekonomis adalah masa waktu yang diharapkan aset tetap dapat digunakan dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan penghasilan. Umur ekonomis dapat berbeda-beda tergantung pada jenis aset dan kondisi penggunaannya. Umur ekonomis juga dapat berubah sewaktu-waktu akibat perubahan teknologi, permintaan pasar, dan lain-lain.

Langkah 4: Hitung Nilai Aset Tetap yang Disusutkan Setiap Tahunnya

Setelah menentukan harga perolehan, nilai residu, dan umur ekonomis, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya. Nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya dihitung dengan cara membagi selisih antara harga perolehan dan nilai residu dengan umur ekonomis aset tersebut. Contohnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Langkah 5: Hitung Beban Penyusutan per Tahunnya

Setelah mengetahui nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya, langkah terakhir adalah menghitung beban penyusutan per tahunnya. Caranya adalah dengan membagi nilai aset tetap yang disusutkan setiap tahunnya dengan jumlah tahun aset tetap digunakan. Dalam contoh sebelumnya, beban penyusutan per tahunnya adalah Rp 9.000.000 dan akan dikeluarkan selama 10 tahun.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Garis Lurus

Setiap metode perhitungan beban penyusutan memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode garis lurus:

Kelebihan Metode Garis Lurus

1. Sederhana dan mudah dipahami

2. Cocok untuk digunakan pada aset tetap yang menurun nilai secara linier

Kekurangan Metode Garis Lurus

1. Tidak memperhitungkan faktor inflasi dan perubahan nilai pasar

2. Tidak cocok untuk digunakan pada aset tetap yang menurun nilai secara tidak linier

FAQ

1. Apa itu beban penyusutan?

Beban penyusutan adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengganti aset tetap yang telah menurun nilainya akibat penggunaannya dalam operasi perusahaan.

2. Apa saja jenis-jenis aset tetap?

Jenis-jenis aset tetap antara lain gedung, mesin, kendaraan, peralatan kantor, dan lain-lain.

3. Apa itu nilai residu?

Nilai residu adalah nilai yang diharapkan dapat diperoleh dari penjualan aset tetap tersebut setelah umur ekonomisnya berakhir.

4. Apa itu umur ekonomis?

Umur ekonomis adalah masa waktu yang diharapkan aset tetap dapat digunakan dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan penghasilan.

Kesimpulan

Dalam menghitung beban penyusutan aset tetap, perusahaan dapat menggunakan berbagai metode perhitungan, salah satunya adalah metode garis lurus. Metode ini sederhana dan mudah dipahami, namun tidak memperhitungkan faktor inflasi dan perubahan nilai pasar. Oleh karena itu, perusahaan harus memilih metode perhitungan yang paling sesuai dengan karakteristik aset tetap yang dimilikinya.

Semoga Bermanfaat dan Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya!

Cara Menghitung Beban Penyusutan dengan Metode Garis Lurus