Halo Sobat TeknoBgt! Dalam melakukan manajemen persediaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan optimal. Salah satu hal tersebut adalah menghitung safety stock, yang akan dibahas secara lengkap dalam artikel ini.
Apa itu Safety Stock?
Safety stock merupakan jumlah persediaan tambahan yang disimpan oleh sebuah bisnis untuk mengatasi ketidakpastian dalam permintaan atau pasokan barang. Sebuah bisnis sebaiknya selalu memiliki safety stock untuk menghindari kekosongan stok yang dapat mengganggu kelancaran bisnis.
Safety stock dapat dihitung berdasarkan beberapa faktor, seperti:
- Persentase lead time
- Fluktuasi permintaan pelanggan
- Tingkat kesalahan dalam peramalan permintaan atau pasokan
Cara Menghitung Safety Stock
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung safety stock, antara lain:
Metode Average Demand
Metode ini menghitung safety stock berdasarkan rata-rata permintaan selama lead time ditambah dengan faktor safety. Faktor safety dapat dihitung dengan mempertimbangkan tingkat ketidakpastian yang mungkin terjadi.
Contoh:
Item | Demand | Lead Time (hari) | Safety Factor |
---|---|---|---|
A | 50 | 10 | 1.2 |
B | 100 | 7 | 1.5 |
Dalam contoh diatas, untuk item A, safety stock dapat dihitung sebagai berikut:
Average Demand = (50 x 10) / 365 = 1,37
Safety Stock = 1,37 x 1.2 = 1.64
Jadi, safety stock untuk item A perlu disimpan sebanyak 1,64 unit.
Metode Standard Deviation
Metode ini menghitung safety stock berdasarkan fluktuasi permintaan atau pasokan barang. Semakin tinggi fluktuasi, semakin besar safety stock yang perlu disimpan.
Contoh:
Item | Demand | Average Demand | Standard Deviation | Safety Factor |
---|---|---|---|---|
A | 50, 40, 60, 55, 45 | 50 | 7.07 | 1.2 |
B | 100, 80, 120, 110, 90 | 100 | 14.14 | 1.5 |
Dalam contoh diatas, untuk item A, safety stock dapat dihitung sebagai berikut:
Safety Stock = (7.07 x 1.2) = 8.48
Jadi, safety stock untuk item A perlu disimpan sebanyak 8,48 unit.
FAQ tentang Safety Stock
1. Apa bedanya antara safety stock dengan reorder point?
Reorder point merupakan jumlah persediaan yang menandakan bahwa barang perlu dipesan kembali. Sedangkan safety stock merupakan persediaan tambahan yang disimpan untuk mengantisipasi ketidakpastian dalam permintaan atau pasokan barang.
2. Apa yang terjadi jika tidak memiliki safety stock?
Tanpa safety stock, risiko kekosongan persediaan akan meningkat. Hal ini dapat berdampak buruk pada kelancaran bisnis, seperti keterlambatan pengiriman dan kekecewaan pelanggan.
3. Apakah safety stock perlu dihitung ulang secara berkala?
Ya, karena faktor-faktor yang mempengaruhi safety stock dapat berubah dari waktu ke waktu. Sebaiknya perhitungan safety stock dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa jumlah persediaan tambahan yang disimpan masih relevan dengan keadaan bisnis saat ini.
4. Apa yang perlu diperhatikan dalam menghitung safety stock?
Dalam menghitung safety stock, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lead time, fluktuasi permintaan atau pasokan, dan tingkat ketidakpastian dalam peramalan.
Kesimpulan
Demikianlah pembahasan mengenai cara menghitung safety stock dalam manajemen persediaan. Dengan memahami konsep ini, diharapkan bisnis dapat mengatur persediaan dengan lebih baik dan menghindari risiko kekosongan stok. Teruslah belajar dan tingkatkan kemampuan bisnis Anda!
Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.