Hello Sobat Teknobgt! Apakah kamu pernah mendengar istilah kebangkrutan? Kebangkrutan merupakan kondisi dimana suatu perusahaan atau individu tidak mampu membayar hutang-hutangnya. Kondisi ini sangat merugikan dan bisa berakibat pada tutupnya perusahaan atau kebangkrutan individu. Oleh karena itu, memahami jenis-jenis model prediksi kebangkrutan sangat penting untuk meminimalisir risiko kebangkrutan. Berikut ini adalah beberapa jenis model prediksi kebangkrutan yang perlu kamu ketahui.
1. Altman Z-Score Model
Altman Z-Score Model merupakan salah satu model prediksi kebangkrutan yang paling populer. Model ini dikembangkan oleh Edward Altman pada tahun 1968 dan digunakan untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Model ini menggunakan lima rasio keuangan sebagai variabel input untuk menghasilkan skor. Skor yang dihasilkan akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan, apakah sehat atau tidak. Jika skor di bawah 1,81, maka perusahaan dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
2. Springate Model
Springate Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh John Springate pada tahun 1978. Model ini menggunakan lima rasio keuangan yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 1,23, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 1,23 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
3. Zmijewski Model
Zmijewski Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Robert Zmijewski pada tahun 1984. Model ini juga menggunakan lima rasio keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, aktivitas, dan ukuran perusahaan. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 2,6, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 1,1 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
4. Fulmer Model
Fulmer Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh William Fulmer pada tahun 1984. Model ini menggunakan rasio keuangan yang berbeda dengan model-model sebelumnya yaitu rasio keuangan yang berkaitan dengan aktivitas. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 0,5, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 0,5 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
5. Ohlson Model
Ohlson Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh James Ohlson pada tahun 1980. Model ini menggunakan rasio keuangan dan variabel non-keuangan sebagai input. Variabel non-keuangan yang digunakan adalah perubahan harga saham, perubahan laba, dan perubahan total aset. Model ini menghasilkan probabilitas kebangkrutan yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Jika probabilitas kebangkrutan di atas 50%, maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
6. Grover Model
Grover Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh G. Grover pada tahun 1996. Model ini menggunakan rasio keuangan dan variabel non-keuangan sebagai input. Variabel non-keuangan yang digunakan adalah perubahan harga saham, perubahan laba, dan perubahan total aset. Model ini menghasilkan probabilitas kebangkrutan yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Jika probabilitas kebangkrutan di atas 50%, maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
7. Taffler Model
Taffler Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Richard Taffler pada tahun 1983. Model ini menggunakan rasio keuangan yang berbeda dengan model-model sebelumnya yaitu rasio keuangan yang berkaitan dengan profitabilitas dan leverage. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 0,7, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 0,7 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
8. Deakin Model
Deakin Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edwin Deakin pada tahun 1972. Model ini menggunakan rasio keuangan yang berbeda dengan model-model sebelumnya yaitu rasio keuangan yang berkaitan dengan profitabilitas dan leverage. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 0,3, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 0,3 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
9. MDA Model
MDA Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Beaver pada tahun 1966. Model ini menggunakan rasio keuangan yang berbeda dengan model-model sebelumnya yaitu rasio keuangan yang berkaitan dengan likuiditas dan leverage. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 0,05, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 0,05 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
10. Tjia Model
Tjia Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh H.D. Tjia pada tahun 1983. Model ini menggunakan rasio keuangan yang berbeda dengan model-model sebelumnya yaitu rasio keuangan yang berkaitan dengan likuiditas dan leverage. Model ini menghasilkan skor yang menunjukkan kemungkinan kebangkrutan. Jika skor di atas 1, maka perusahaan dianggap sehat, sedangkan jika skor di bawah 1 maka perusahaan dianggap berisiko tinggi untuk kebangkrutan.
Kesimpulan
Itulah beberapa jenis model prediksi kebangkrutan yang perlu kamu ketahui. Dalam memilih model prediksi kebangkrutan, kamu harus memperhatikan jenis perusahaan yang akan diprediksi dan karakteristik keuangan perusahaan tersebut. Dengan memahami jenis-jenis model prediksi kebangkrutan, kamu dapat meminimalisir risiko kebangkrutan dan meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan. Jangan lupa untuk selalu memantau kondisi keuangan perusahaan secara berkala dan segera mengambil tindakan jika ditemukan indikasi kebangkrutan.
FAQ
1. Apa itu kebangkrutan?
Kebangkrutan merupakan kondisi dimana suatu perusahaan atau individu tidak mampu membayar hutang-hutangnya. Kondisi ini sangat merugikan dan bisa berakibat pada tutupnya perusahaan atau kebangkrutan individu.
2. Apa pentingnya memahami jenis-jenis model prediksi kebangkrutan?
Memahami jenis-jenis model prediksi kebangkrutan sangat penting untuk meminimalisir risiko kebangkrutan dan meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan.
3. Apa saja jenis-jenis model prediksi kebangkrutan?
Beberapa jenis model prediksi kebangkrutan antara lain Altman Z-Score Model, Springate Model, Zmijewski Model, Fulmer Model, Ohlson Model, Grover Model, Taffler Model, Deakin Model, MDA Model, dan Tjia Model.
4. Bagaimana cara memilih model prediksi kebangkrutan yang tepat?
Dalam memilih model prediksi kebangkrutan, kamu harus memperhatikan jenis perusahaan yang akan diprediksi dan karakteristik keuangan perusahaan tersebut.
5. Apa yang harus dilakukan jika ditemukan indikasi kebangkrutan?
Jangan lupa untuk selalu memantau kondisi keuangan perusahaan secara berkala dan segera mengambil tindakan jika ditemukan indikasi kebangkrutan.
Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!