TEKNOBGT
Aliran Murji’ah: Membahas Tentang Sejarah, Ajaran, dan Pandangan
Aliran Murji’ah: Membahas Tentang Sejarah, Ajaran, dan Pandangan

Aliran Murji’ah: Membahas Tentang Sejarah, Ajaran, dan Pandangan

Aliran Murji’ah adalah salah satu aliran dalam agama Islam yang memiliki sejarah dan pandangan sendiri. Aliran ini termasuk minoritas di Indonesia, karena kebanyakan masyarakat muslim Indonesia mengikuti aliran Sunni atau Syiah. Meskipun demikian, aliran Murji’ah tetap memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Islam dan sejarah Indonesia.

Sejarah Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah berasal dari kata “murji’ah” yang artinya “menunda”. Aliran ini muncul pada abad ke-2 Hijriyah (abad ke-8 Masehi) sebagai reaksi terhadap aliran Khawarij yang sangat radikal. Khawarij menganggap bahwa orang yang berdosa harus dihukum mati dan tidak layak dianggap sebagai muslim.

Dalam hal ini, aliran Murji’ah berbeda pandangan. Mereka mengajarkan bahwa orang yang berdosa tetap dianggap sebagai muslim, dan bahwa ketidakpatuhan kepada Allah tidak menghilangkan status keislaman seseorang. Oleh karena itu, aliran Murji’ah menunda penilaian akhir atas amal seseorang sampai pada hari kiamat.

Seiring perkembangan waktu, aliran Murji’ah mengalami perpecahan dan bercabang menjadi beberapa aliran yang berbeda-beda. Namun, inti ajaran Murji’ah tetap sama, yaitu menunda penilaian akhir atas amal seseorang sampai pada hari kiamat.

Ajaran Aliran Murji’ah

Salah satu ajaran utama aliran Murji’ah adalah bahwa keiman seorang muslim tidak bisa diukur dari amal perbuatannya. Menurut aliran ini, iman seseorang lebih penting daripada amal perbuatannya.

Dalam konteks ini, aliran Murji’ah mengajarkan bahwa seseorang yang melakukan dosa besar tetap dianggap sebagai muslim, asalkan dia memiliki keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad adalah rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka menolak konsep “amal shalih” (amal baik) dan “amal jahat” (amal buruk) dalam menilai keislaman seseorang.

Meskipun demikian, aliran Murji’ah tetap mengajarkan bahwa amal perbuatan seseorang dapat meningkatkan tingkat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, penilaian akhir atas amal seseorang tetap ditunda sampai pada hari kiamat.

Pandangan Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah memiliki pandangan yang berbeda dengan aliran Sunni dan Syiah dalam hal penilaian akhir seseorang. Menurut aliran Sunni dan Syiah, penilaian akhir atas amal seseorang dilakukan di dunia dan di akhirat.

Sedangkan menurut aliran Murji’ah, penilaian akhir atas amal seseorang hanya dilakukan di akhirat. Oleh karena itu, aliran Murji’ah menekankan pentingnya keyakinan dan keimanan yang kokoh sebagai syarat utama untuk masuk surga.

Dalam konteks ini, aliran Murji’ah juga menolak konsep “amal perbuatan” sebagai syarat utama untuk masuk surga. Menurut aliran ini, keimanan yang kokoh dan keyakinan yang kuat kepada Allah adalah syarat utama untuk masuk surga.

Perbedaan Antara Aliran Murji’ah dan Aliran Kafir

Salah satu perbedaan antara aliran Murji’ah dan aliran kafir adalah bahwa aliran Murji’ah tetap mengakui bahwa orang yang berdosa masih dianggap sebagai muslim.

Sedangkan aliran kafir menganggap bahwa orang yang berdosa sudah keluar dari agama Islam dan tidak layak dianggap sebagai muslim. Oleh karena itu, aliran Murji’ah lebih cenderung untuk memperluas pandangan mengenai siapa yang dianggap sebagai muslim.

Namun, aliran Murji’ah juga tidak membenarkan perilaku dosa dan mengajarkan pentingnya meningkatkan kualitas keimanan dan keyakinan dalam beragama.

Pengaruh Aliran Murji’ah di Indonesia

Aliran Murji’ah memang tidak begitu populer di Indonesia, namun pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah keislaman Indonesia. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai pendiri aliran Murji’ah di Indonesia adalah Kiai Asnawi.

Kiai Asnawi adalah seorang ulama dari Jawa Tengah yang hidup pada abad ke-19. Ia mengajarkan ajaran-ajaran Murji’ah di pesantren-pesantren di Jawa Tengah dan Jakarta. Pada masa itu, ajaran Murji’ah menjadi alternatif bagi orang-orang yang merasa kecewa dengan ajaran Sunni dan Syiah.

Selain Kiai Asnawi, tokoh lain yang dianggap sebagai pengikut aliran Murji’ah di Indonesia adalah KH. Zainuddin MZ. Beliau adalah seorang dai terkenal yang sering mengajarkan ajaran-ajaran Murji’ah dalam ceramah-ceramahnya.

Kritik Terhadap Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah memang memiliki pandangan yang unik dalam menilai keislaman seseorang. Namun, aliran ini juga mendapat kritik dari beberapa kalangan karena pandangannya yang terlalu liberal.

Kritik yang sering dilontarkan kepada aliran Murji’ah adalah bahwa ajaran ini memperlemah konsep “amal perbuatan” dalam beragama. Menurut kritikus, aliran Murji’ah cenderung mengabaikan pentingnya amal perbuatan dalam meningkatkan kualitas keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kritikus juga menganggap bahwa ajaran Murji’ah cenderung mengaburkan batasan antara muslim dan non-muslim. Menurut mereka, ajaran ini terlalu toleran terhadap perilaku dosa dan tidak memberikan sanksi yang tegas kepada orang yang melakukan dosa besar.

Kesimpulan

Aliran Murji’ah adalah salah satu aliran dalam agama Islam yang memiliki sejarah dan pandangan tersendiri. Ajaran utama aliran ini adalah menunda penilaian akhir atas amal seseorang sampai pada hari kiamat.

Pandangan ini berbeda dengan aliran Sunni dan Syiah yang menilai amal seseorang di dunia dan di akhirat. Meskipun demikian, aliran Murji’ah tetap mengajarkan pentingnya keyakinan dan keimanan yang kokoh sebagai syarat utama untuk masuk surga.

Walaupun aliran ini tidak begitu populer di Indonesia, pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah keislaman Indonesia. Namun, ajaran Murji’ah juga mendapat kritik dari beberapa kalangan karena pandangannya yang terlalu liberal.

Sebagai muslim, kita perlu mempelajari ajaran-ajaran dari berbagai aliran dalam agama Islam dan memilih ajaran yang sesuai dengan keyakinan kita sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Artikel Aliran Murji’ah: Membahas Tentang Sejarah, Ajaran, dan Pandangan

© Copyright 2023 TEKNOBGT.COM