Palo Alto yang merupakan salah satu perusahaan keamanan siber baru-baru ini telah memprediksi bahwa jaringan internet 5G memiliki kerentanan yang sama di jaringan 4G.
“Banyak dari serangan siber dan kerentanan yang sama yang biasanya kita lihat di jaringan 4G saat ini benar-benar terbawa ke dunia 5G,” ujar Vice President & Regional Chief Security Officer, Asia Pacific and Japan, Sean Duca, dalam konferensi pers virtual, Selasa
Sean menambahkan bahwa, perusahaan telekomunikasi di seluruh wilayah, Indonesia, khususnya, harus mulai fokus untuk memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah keamanan saat ini, sebelum memulai tantangan 5G.
Berangkat dari hal itu, Sean melihat ada permintaan yang besar untuk talenta digital yang fokus pada dunia maya, juga pembangunan kapabilitas.
“Kenyataannya adalah serangan terus meningkat, kita benar-benar perlu memikirkan cara lain selain hanya mengandalkan manusia untuk membantu kita keluar dan mencoba dan memecahkan masalah ini,” kata Sean.
Untuk itu, menurut Sean, pemanfaatan penggunaan otomatisasi akan terus meningkat. Lebih jauh, jaringan 5G mulai diperkenalkan di kawasan ini dengan iPhone 12 diperkirakan untuk pertama kalinya akan menjadi perangkat berkemampuan 5G yang akan banyak diadopsi.
Hal tersebut akan mengakselerasi peluncuran jaringan secara besar-besaran di banyak negara karena industri telekomunikasi akan berupaya untuk menggelar berbagai layanan baru untuk pelanggan dan pemerintah akan memanfaatkan peluang-peluang digital untuk pemulihan ekonomi pada tahun 2021.
Namun demikian, masih perlu waktu sebelum pengguna dapat benar-benar merasakan manfaat dari peningkatan kecepatan secara eksponensial dan latensi rendah yang dijanjikan oleh 5G.
Sedangkan itu, pengadopsian jaringan 5G dari swasta oleh industri diperkirakan hadapi kenaikan yang cukup tinggi.
Deloitte memprediksi kalau sepertiga dari pasar jaringan 5G yang didatangkan pihak swasta pada kurun 2020–2025, bila diukur dari tingkatan belanja dalam dolar, hendak tiba dari sektor- sektor yang ditengarai hendak jadi pengadopsi awal, semacam zona pelabuhan, lapangan terbang, serta pusat- pusat logistik yang lain.
Dalam survei yang dicoba oleh Ciena, 31 persen responden dari golongan industri di Singapore, Indonesia, Filipina, serta Jepang setuju kalau khasiat terbanyak 5G merupakan dalam kapabilitasnya dalam mendesak terwujudnya transformasi digital dan bermacam aplikasi digital.
Tetapi, pelaksanaan 5G bukanlah gampang, serta butuh jadi atensi untuk golongan industri pada 2021. Karena, banyak fashion yang butuh diinstal. Perihal ini membuat pelaksanaan 5G jauh lebih menantang serta menyebabkan meningkatnya kemampuan serbuan siber.
Pihak swasta bagaikan owner infrastruktur tidak dapat memakai pendekatan seragam dalam mendesain serta menggelar jaringan 5G, supaya mereka jangan hingga jadi korban tipe serbuan yang sama semacam yang terjalin kala menggelar 3G serta 4G.
Terkait Internet of Things (IoT), Sean memperkirakan semakin banyak orang membeli perangkat IoT. Saat ini, dia mengungkapkan, perangkat IoT kemungkinan berjumlah satu miliar, “yang sebenarnya dalam lima tahun ke depan, akan ada lebih dari 14 miliar perangkat yang benar-benar akan terhubung.”
Namun, “semakin banyak perangkat yang terhubung akan menjadi tantangan besar dengan jenis kerentanan dan eksposur yang berbeda,” Sean menambahkan.(sumber: Antaranews)